"Untuk saat ini saya nggak melihat salah satunya lebih unggul, memang ceritanya berbeda ketika menjelang putaran pertama dan menjelang putaran kedua. Hampir dua bulan selisih waktunya ternyata memberikan pengaruh yang cukup signifikan," kata pengamat politik LIPI, Siti Zuhro, kepada detikcom, Jumat (14/9/2012).
Kedua kandidat, lanjut Siti, melakukan penetrasi ke semua wilayah Provinsi DKI Jakarta selama bulan puasa hingga lebaran. Hasilnya pun cukup signifikan, Siti menduga seharusnya sekarang ini kekuatan mereka imbang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian situasi politik sangat dinamis setelah Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mulai penetrasi lagi. Kini, menurut Siti, kekuatan mereka cukup seimbang. Segala hal bisa terjadi di putaran kedua Pilgub DKI.
"Pertarungannya sangat sengit. Saya bilang putaran kedua Pilgub DKI ini soal perang ideologi," tegasnya.
Lalu bagaimana dengan hasil survei yang dilakukan oleh Indonesia Network Election Survey (INES) yang menunjukkan Jokowi memperoleh 72 persen lebih suara? "Lebay. Kecenderungan survei itu memang sulit netral karena dia sangat tergantung mereka yang membayar kecuali dia punya dana yang mandiri untuk mendanai aktivitasnya dan dia tidak boleh partisan. Survei yang didanai oleh partai harusnya untuk konsumsi internal saja," tegasnya.
(van/ndr)