Dalam keterangan pers di Mabes Polri kemarin, Karopenmas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, Yusuf sadar dan menyerahkan diri ke polisi karena dorongan orang tua. Bahkan, ketika 'tobat' ke polisi, Yusuf juga diantar oleh ibunya.
"Pada saat proses penyerahan ini, adalah dorongan orang tuanya, memberikan dorongan kepada yang bersangkutan," ujar Boy.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Raden Heru Prakoso menyebutkan, berdasarkan keterangan tersangka, keluarga meminta dia menyerahkan diri. Ada beberapa pertimbangan, termasuk peluang tertangkap oleh Densus yang cukup besar.
"Keluarganya sudah tahu kalau Yusuf itu dicari polisi, jadi dia disarankan menyerahkan diri. Dia diantar ibu dan adik-adiknya saat menyerahkan diri itu," kata Heru di Medan.
Tidak hanya Yusuf, Muhammad Thorik juga menyerahkan diri karena dorongan keluarga. Selain itu, dia juga merasa kangen dengan anak istrinya.
Melihat fenomena ini, pengamat teroris Mardigu WP, menilai Yusuf Cs bukanlah teroris dengan ideologi kuat seperti Noordin M Top atau nama-nama dari alumni Afghanistan. Mereka terlihat masih amatiran.
"Saya tidak pernah memasukkan lima kejadian terakhir sebagai teror, karena nggak masuk kategori teror. Teroris nggak cemen begini," terang Mardigu saat berbincang.
"Ini gerakan mengacau keamanan saja. Polisi kok gampang banget melabelkan teroris," imbuhnya.
Menurut Mardigu, aksi yang dilakukan Yusuf cs pun tidak terorganisir. Terlihat dari kecerobohan mereka saat merakit bom, hingga upaya melarikan diri yang tak terencana.
"Nurdin itu tiga tahun sebelumnya keluar dari keluarga. Ini masih kumpul sama keluarga," kata Mardigu.
(mad/ndr)