"Kami menikah pada tahun 1973 di Dinas Catatan Sipil Jakarta Timur. Dulu dia ganteng dan tidak sekurus sekarang," kata Wani saat ditemui detikcom di rumahnya, Gang Nangka, Jalan Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (7/9/2012). detikcom bertamu ke rumah Wani ditemani Otong. Keduanya tampak biasa-biasa saja, seolah telah mengubur masa lalu.
Wani yang telah ompong dan memutih rambutnya ini lalu mengenang Otong pada saat awal pernikahan. Dia jatuh cinta kepada Otong karena Otong lelaki bertanggung jawab dan pekerja keras. Di awal pernikahan, suaminya menafkahi dengan menjadi petugas administrasi toko beras di Pasar Induk Cipinang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu, Otong pun menjadi liar dan tidak terkendali dalam hal perempuan. Meski demikian, dia tidak pernah minum alkohol dan main pukul.
"Dia nakalnya cuma main perempuan, di luar itu dia tidak. Minum minuman pun tidak pernah," tuturnya.
Puncak pertengkaran terjadi tahun 1990 saat Otong pulang ke rumah membawa istri muda. Wani pun naik pitam dan mengejar-ngejar Otong hingga ke Pasar Induk. Setelah itu, hubungan keduanya benar-benar memburuk. Hingga pada tahun 2000-an, Wani benar-benar menutup hati bagi Otong.
"Dia tidak bertanggung jawab sebagai suami lagi. Anak yang terakhir sakit tidak ditengok. Menengok setelah meninggal. Setelah itu dia tidak memberi nafkah lagi," cerita Wani menahan getir.
Meski perlakuan suaminya sudah di luar batas kewajaran, dia tidak mau menggugat cerai. Sebab dalam keyakinan agamanya, tidak dikenal istilah cerai. "Saya tidak mau ambil pusing lagi. Dibilang kesel ya kesel. Kita ambil happy saja," ujar pemeluk Buddha ini sembari tersenyum.
Wani mengakui, perilaku suaminya diketahui para tetangga. Teman-teman Wani satu generasi pun mengetahui perilaku Otong yang gemar main perempuan. "Tetapi ya bagaimana lagi," cerita Wani sambil sesekali membetulkan rambutnya.
Kini Wani tinggal di sebuah rumah sederhana ukuran 4x6 meter yang terbagi menjadi 3 petak yaitu ruang tamu, kamar, dapur serta kamar mandi. Sebuah televisi menemani hari-hari Wani. Untuk menyambung hidup selepas Otong tidak menafkahi, Wani membuka warung kecil-kecilan.
"Hasil dari buka warung anak saya yang pertama bisa menyelesaikan pendidikan hingga sarjana. Kalau mengandalkan uang nafkah dari Otong cuma bisa buat makan," tuturnya.
Sementara itu Otong mengaku saat ini dia masih memiliki 3 istri, yaitu Wani, Kami dan Ujan. Dua nama terakhir dinikahi secara siri. Otong yang berhidung mancung kini sehari-hari berdagang obat kuat di depan Pasar Induk Cipinang. Pelanggannya mayoritas kuli panggul yang ingin menjaga stamina tubuh. Otong stop main perempuan setelah sakit diabetes.
(asp/nrl)