"Melihat cara hit and run perlu penguasaan lapangan untuk bisa menembak dan pergi tanpa meninggalkan jejak," kata Karopenmas Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, di Jakarta, Selasa (4/9/2012).
Selain itu, jelas Boy, Farhan dan juga Muchsin merupakan jebolan Ngruki. Sehingga mereka menguasai informasi cukup banyak mengenai kota tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan berbeda disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irjen Pol (pur) Ansyaad Mbai. Menurutnya, kelompok Farhan telah merencanakan aksi serius secara simultan di wilayah Jakarta, Poso, Bali, dan Solo. Namun karena ketatnya pintu masuk Jakarta, kelompok ini selanjutnya memilih Solo untuk kegiatan terornya.
Disinggung mengenai senjata yang digunakan pelaku dalam penembakan Pos Polisi pengamanan mudik beberapa waktu lalu di Solo, 17 Agustus 2012, bahwa polisi menduga senjata yang digunakan pelaku adalah FN, Boy mengatakan bila kesimpulan tersebut adalah dugaan awal pihaknya.
"Saat malam hari ada keterbatasan pandang anggota dan mengira senjata itu adalah FN, namun setelah pengungkapan kemarin senjata yang digunakan Farhan Cs adalaj Bareta," jelasnya.
Boy menambahkan, kesimpulan saat itu yang menyebut senjata pelaku adalah FN adalah dengan ditemukannya selongsong peluru di lokasi kejadian. Menurut Boy, secara mekanis, sistem kerja kedua senjata yang berbeda merek ini sama, yaitu memuntahkan selongsong saat proyektil dimuntahkan dari sarangnya.
(ahy/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini