Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo mengatakan semua prosedur sudah dilakukan oleh aparat dalam upaya penyergapan itu. Termasuk mengenakan rompi antipeluru.
"Semua SOP sudah dilakukan termasuk bodi protek," kata Timur kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/9/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini terjadi pergumulan pada jarak yang sangat dekat, kurang dari 2 meter," ujar Boy.
Boy menuturkan, Bripda Suherman tertembak saat terjadi pergumulan dengan terduga teroris. Awalnya kedua terduga teroris, Farhan dan Mukhsin, ingin ditangkap hidup-hidup.
"Sebenarnya ingin ditangkap hidup-hidup, tapi kelompok ini kan militan, mereka tidak mau ditangkap. Saat akan disergap dan terjadi pergumulan, ada kesempatan sepersekian detik, mereka mengeluarkan senjata, Sehingga ditembak dari jarak yang sangat dekat," tutur Boy.
Menurut Boy, begitu ada tembakan, aparat langsung bereaksi dengan menembaki kedua terduga teroris. Jika aksi itu tidak dilakukan, ada kemungkinan aparat yang tertembak lebih dari satu orang.
"Mereka langsung melakukan penembakan, kalau tidak ya mungkin meninggal juga, atau bahkan bisa lebih dari 2 yang tewas kalau tidak melakukan aksi itu. Jadi itu memang dinamika di lapangan. Dan ini bagian dari risiko yang dihadapi petugas kepolsian," imbuhnya.
(trq/fjp)