"Kurang lebih ini total cost sekitar Rp 35 Milyar," kata Kepala Pusat Tenkologi Satelit, Suhermanto, di Jalan Cagak Satelit KM 04 Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/8/2012).
Satelit mikro miliaran rupiah tersebut dinilai mampu mendukung komunikasi dalam kondisi bencana, selain memantau pelayaran di Indonesia. Komunikasi radio tersebut melalui frekuensi radio amatir, dan bisa digunakan instansi siaga bencana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suhermanto menjelaskan alasan dikembangkannya satelit pemantau Lapan A2 yang memiliki bobot 75 kilogram tersebut karena kebutuhan nasional. Walau pendanaan masih menjadi tanggungjawab pemerintah, Suhermanto mengaku banyak pihak swasta yang tertarik dengan pengembangan satelit tersebut.
"Kebutuhan nasional saat ini adalah satelit komunikasi dan demosentris, atas dasar itulah muncul satelit ini. Terkait pendanaan itu baru ditahap pemerintah, sedangkan swasta sudah sangat tertarik. Terkait Lapan A2, ada user yang sangat berminat, karena orbitnya ekuatorial," ucap Suhermanto.
Lapan dan Pusat Teknologi Satelit menyebutkan Lapan A2 sebagai satelit buatan Indonesia 100 persen. Satelit ini mampu memantau pelayaran di Indonesia dengan melintas sebanyak 14 kali sehari di atas Zamrud Khatulistiwa.
(vid/rmd)











































