Setidaknya demikian menurut hasil survei yang dilakukan oleh lembaga Charta Politika. Survei ini dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan jumlah responden sebanyak 2.000 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan margin of error sebesar 2,19 %. Survei digelar 8-22 Juli 2012.
"Golkar menempati urutan pertama dengan dipilih oleh 18 persen responden sementara Demokrat dan PDIP dengan masing-masing 12,5 persen dan 10,8 persen," ujar Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, dalam pemaparan hasil survei di Restoran Pantai Mutiara, Jalan Wolter Monginsidi, Jakarta Selatan, (30/8/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terutama untuk Golkar dan PDIP yang sudah mempunyai infrastruktur mapan sejak 20-30 tahun yang lalu. Jadi seperti Golkar pemilih tradisional mereka itu kalangan petani dan nelayan, itu sudah mereka lakukan sejak orde baru," ucapnya.
Meskipun masih yang tertinggi, jumlah elektabilitas Partai Golkar masih jauh dibawah jumlah responden yang tidak memilih sama sekali alias golput. Jumlah Golput dalam survei ini mencapai 34,4 persen, jauh diatas elektabilitas Partai Golkar yang 'cuma' 18 persen.
"Padahal tingkat keinginan masyarakat untuk mengikuti pemilu cukup tinggi. Jumlah responden yang masuk kategori sangat berminat dan cukup berminat mengikuti pemilu mencapai 76 persen," terang Yunarto.
Tingkat elektabilitas partai yang jauh di bawah jumlah golput ini disebabkan karena rasa memiliki para pemilih terhadap para parpol yang masih rendah. Menurut Yunarto sekitar 76 persen masyarakat merasa tidak dekat dengan para parpol yang ada.
"Hanya 14 persen yang merasa memiliki kedekatan. Ini kontradiktif dengan apa yang terjadi di Australia dan AS yang tingkat kedekatan masyarakat terhadap parpol mencapai 80 persen dan 60 persen," tutupnya.
(riz/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini