Diberi Pemberat 5 Ton, Bangkai Paus Belum Tenggelam Juga

Diberi Pemberat 5 Ton, Bangkai Paus Belum Tenggelam Juga

- detikNews
Rabu, 01 Agu 2012 16:23 WIB
Jakarta - Penenggelaman paus sperma di perairan Pulau Kotok, Kepulauan Seribu, masih terus berlangsung. Sudah 5 ton pemberat dipasang di jaring yang membungkus bayi paus ini, namun hingga kini makhluk menyusui itu belum tenggelam.

"Total pemberat yang sudah kita pasang seberat 5 ton," kata Ardiyansyah, founder Jakarta Animal Aid Network (JAAN) yang berada di lokasi, kepada detikcom, Rabu (1/8/2012).

Pria yang akrab disapa Ade ini mengungkapkan, pemberat yang digunakan untuk menenggelamkan paus ini adalah berupa con block. Saat ini sudah tiga per empat tubuh ikan seberat dua ton itu tenggelam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masih ada 1/4 lagi tubuh ikannya yang belum tenggelam," kata Ade yang sehari-hari bekerja sebagai instruktur selam di Pulau Kotok.

Ade mengatakan, sulitnya penenggelaman paus ini disebabkan tubuh hewan itu sudah berisi gas. Gas ini timbul akibat pembusukan hewan ini.

"Gas ini terkonsentrasi di tubuh paus," katanya.

Untuk mengatasi gas itu, anggota JAAN akan menusukkan dua buah pipa besi ke tubuh paus itu. Pipa itu diharapkan bisa mengeluarkan gas yang ada di tubuh paus itu.

"Kita akan coba pasangkan pipa besi ini sore ini," katanya.

Paus itu menjadi berita sejak pekan lalu. Pada Rabu (25/7), dia terdampar di pantai Pakis Jaya, Karawang. Setelah empat hari, pada Sabtu (28/7) paus berhasil ditarik ke laut lepas oleh beberapa kapal. Operasi ini melibatkan banyak elemen, termasuk militer.

Namun di tengah jalan, paus yang lemah dan dalam keadaan terluka ini diduga kehilangan arah sehingga terdampar lagi 25 km dari tempatnya terdampar pertama kali. Kali ini dia terdampar di Muara Bendera, Muara Gembong, Bekasi pada Minggu (29/7).

Paus ini dinyatakan mati dan ditarik ke Pulau Kotok untuk ditenggelamkan pada Senin (30/7). Namun penenggelaman mamalia yang telah membusuk itu pun butuh usaha keras. Bangkai paus perlu segera ditenggelamkan karena dikhwatirkan mendatangkan penyakit bagi warga sekitar pantai.

(nal/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads