Ini Bahaya Bullying Bagi Anak-anak

Ini Bahaya Bullying Bagi Anak-anak

- detikNews
Selasa, 31 Jul 2012 09:56 WIB
Jakarta - Kasus bullying yang terjadi di SMA Don Bosco, Pondok Indah, Jakarta, dipercaya hanya salah satu kasus dari banyaknya kasus serupa. Meski demikian, kasus tersebut diharapkan dapat menjadi kasus terakhir yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia. Sebab, dampak korban bullying ditengarai sangat dahsyat sehingga dapat menghambat fungsi otak.

Ketua LSM Semai Jiwa Amini (SEJIWA), Diena Haryana, yang selama ini fokus terhadap penanganan aksi bully di kalangan pelajar Indonesia, mengatakan korban bully dapat terganggu aktivitas otaknya karena mengalami stres.

"Dampak bagi yang di-bully itu luar biasa buruk," kata Diena saat berbincang dengan detikcom, Senin (30/7/2012) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat seseorang mengalami pelecehan ataupun kekerasan, maka bagian otak manusia yang disebut limbik sistem akan bereaksi. Limbik sistem ini adalah bagian otak yang terus melakukan scanning terhadap segala hal yang terjadi pada seseorang. Saat mengalami pelecehan atau kekerasan, limbik sistem akan meminta otak memproduksi kortisol atau hormon stres.

"Ketika hormon stres melebihi normal, apalagi dalam jangka waktu yang lama, bagian otak yang digunakan untuk menganalisa kebijaksanaan dan proses berpikir itu nggak jalan," papar Diena.

Karena proses berpikirnya tidak berjalan sebagaimana mestinya, perkembangan anak yang di-bully bisa terhambat. "Aku khawatir pertumbuhan mental seorang anak korban bully. Otak itu baru lengkap kalau dia umurnya 20 tahun, seharusnya jumlah neuron 100 miliar, dan pertumbuhan itu harus didukung oleh lingkungan," tutur Diena.

Menurut Diena, ada tiga hal yang terjadi saat seorang anak menjadi korban bully. "Mereka flight, melarikan diri. Fight, mati-matian bertempur, atau freeze, dia terima saja," terangnya.

Diena menerangkan dari ketiga hal tersebut, apapun yang dipilih oleh korban bully, adalah pilihan yang konyol. Bahkan seorang objek bully dapat melakukan hal nekat. "Sangat mungkin mereka berpikir aku nggak mau digituin, aku ingin orang lain merasakan ini," imbuhnya.

Lebih jauh Diena menjelaskan bahwa pelaku bully bisa jadi juga korban bully di tempat lain. Bisa jadi seorang pelajar yang suka mem-bully di sekolah kerap menjadi objek bully di rumah.

"Pelaku adalah korban juga, bisa jadi kalau dia di rumah dibentakin. Kenapa dia ngebully anak di sekolah, mungkin itu dampak dari rumah, dia fight, tapi di sekolah," pungkasnya.

(trq/nvt)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads