"Ada dua pembayaran, harian dan borongan yang dibayar mingguan. Jika harian mereka dibayar RM 14 hingga RM 16," kata salah satu staff Konsulat Jenderal RI (KJRI), Hasan kepada detikcom di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, Senin (30/7/2012).
Dalam sehari, mereka akan mendapat upah lebih jika memenuhi target yang ditetapkan. Jika sedang kondisi fit dan bekerja maksimal, maka mereka mendapatkan RM 20. Para TKI ini bekerja sebagai di ladang sebagai penebang sawit dengan tombak, di pabrik, sopir truk hingga membersihkan rumput.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para TKI itu tinggal di sebuah perkampungan yang masuk ke dalam dari jalan raya. Mereka tinggal di rumah panggung dari papan berderet memanjang. Di tengah hutan itu juga terdapat pabrik, sekolah dan komplek mess mandor dan manajer yang berada langsung di bawah pemilik perusahaan. Warga yang tinggal dipisahkan pagar kawat dan warga yang derajatnya lebih rendah dilarang berkunjung ke komplek yang posisi kerjanya lebih tinggi, kecuali diminta secara khusus.
Untuk mencapai lokasi perkampungan ini, warga dapat menggunakan perjalanan darat dari Kota Kinabalu selama 5 jam hingga 9 jam menggunakan kendaraan pribadi. Semakin masuk ke dalam hutan sawit semakin lama dicapai dengan kondisi jalan yang hancur dan tanpa aspal.
"Kalau hujan, mobil tidak bisa lewat. Tunggu sampai besok saja," kisahnya.
Bagi Malaysia, upah sehari RM 20 itu setara dengan harga sepotong celana renang yang dijual di dermaga Sabah. Jika dirupiahkan, setara dengan Rp 60 ribu. Nilai tersebut juga setara dengan argo meter taksi untuk sekali jalan dari ujung ke ujung di kota Kinabalu. Adilkah?
(asp/trq)











































