Pihak oposisi Dewan Nasional Suriah atau Syrian National Council (SNC) menuding tentara pemerintah telah melakukan 'pembunuhan massal' di kota yang terletak di wilayah utara Suriah ini. SNC juga mendorong PBB untuk menggelar rapat darurat membahas langkah-langkah perlindungan terhadap warga sipil yang terjebak dalam bentrok di kota Aleppo.
Organisasi pemantau HAM setempat, Syrian Observatory for Human Rights menyatakan, bentrokan antar kedua pihak difokuskan di wilayah Salaheddin. Tentara pemerintah Suriah dilaporkan menggunakan senjata berat dan menyerang dengan tank dan helikopter secara membabi-buta. Sekitar 2,5 juta penduduk kota Aleppo pun terpaksa bersembunyi di ruang bawah tanah untuk menghindari serangan tentara pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menuru Amos, PBB sangat mengkhawatirkan dampak dari serangan tentara Suriah tersebut terhadap warga sipil. Amos menyebut banyak warga Aleppo yang mencari perlindungan di sekolah-sekolah dan bangunan publik lainnya.
"Mereka sangat membutuhkan makanan, matras dan selimut, serta makanan dan minuman," ucap Amos.
Bentrok di Aleppo ini diawali ketika kelompok pemberontak berhasil menduduki kota ini pada 20 Juli lalu. Pemerintah Suriah berusaha merebut kembali kota ini dengan mengerahkan sejumlah tentara yang didukung tank dan helikopter pada Sabtu (28/7) waktu setempat. Pihak Observatory yang bermarkas di Inggris ini melaporkan, sekitar 67 orang tewas terbunuh dalam bentrokan ini.
(nvc/ita)