Hal tersebut disampaikan oleh Anis Matta di hadapan para tokoh di Solo dalam acara safari Ramadan, Minggu (29/7/2012). Acara itu digelarnya untuk mengisi masa reses persidangan di DPR RI.
Kritik Anis terhadap kurikulum di pendidikan di tanah air adalah tidak adanya pelajaran yang mempersiapkan anak didik menjadi pribadi mandiri dan siap mengelola kemampuan serta asetnya sendiri. Dia mencontohkan, sejak tingkat SD hingga perguruan tinggi tidak ada mata pelajaran maupun mata kuliah pendidikan finansial dan entrepreneurship. Padahal, menurutnya, dua hal itulah yang harus menjadi perhatian penting dalam pendidikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia lalu mencontohkan jiwa entrepreneurship yang dikembangkan Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil Nabi Muhammad mengembangkan kemampuannya dengan membuka jasa pengelolaan ternak lalu mendapat imbalan atas jasa yang diberikannya. Hingga pada waktu menikahi Kadijah, dia mampu membelikan mahar berupa 100 ekor unta.
"Kalau satu ekor unta itu seharga Rp 10 juta maka saat itu, di saat beliau berusia 25 tahun, setidaknya telah mempunyai harta Rp 1 miliar hanya untuk membeli unta itu saja. Hal seperti inilah yang harus kita contoh dalam mendidik anak-anak kita kedepan," ujar politisi PKS tersebut.
Lebih lanjut Anis Matta mengkhawatirkan, jika model dan kurikulum pendidikan di tanah air masih seperti sekarang, gelontoran dana 20 persen APBN untuk dunia pendidikan itu tidak akan berbuah apapun.
"Bukan dana yang kecil. Rp 200 triliun untuk bidang pendidikan. Kalau tidak ada perubahan fundamental dalam kurikulumnya maka dana itu nanti larinya tidak jelas. Paling-paling nanti hanya sarana pendidikannya yang semakin maju, tetapi mutu pendidikannya tetap tidak berubah," ujarnya.
(mbr/mpr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini