Itulah nasib Isa Mutiawati (34), ibu rumah tangga asal Bogor, Jawa Barat. Isa sudah 6 bulan berada di Pekanbaru karena ajakan Pemprov Riau agar anaknya bisa menjadi atlet untuk memperkuat tim catur Riau di PON mendatang.
Anaknya bernama Ranudirjo kelas V SD itu dikenal memiliki segudang prestasi bidang catur. Mahirnya bermain catur, membuat bocah itu memiliki lebih dari 50 piagam catur bertaraf nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masih menurut Isa, awalnya dia bersama dua anaknya dan suaminya Dwi Ponco bisa diboyong ke Riau, karena salah satu keluarga pejabat di Riau ada di Bogor. Awalnya anaknya Ranudirjo yang juga pengamen kecil ini, diajak dalam rangka ulang tahun Gubernur Riau, Rusli Zainal. Saat itu Ranu diajak bernyanyi karena memang selain pandai main catur, bocah itu suaranya lumayan bagus.
"Itu awalnya anak saya diajak ke Riau. Selanjutnya karena anak saya pandai bermain catur lantas ditawari untuk pindah ke Riau guna memperkuat tim catur Riau untuk PON nanti," kata Isa.
Isa dan suaminya pun menyanggupi permintaan Pemprov Riau. Pindah ke Riau tentunya suaminya kehilangan pekerjaan yang selama ini menjadi pengamen jalanan bersama anaknya. Dari sana lantas ditawarkan pekerjaan menjaga mes PB PON yang dipekerjakan Panitia Besar Pekan Olahraga Nasional (PBPON) Riau.
Gaji yang dijanjikan pihak panitia untuk Isa dan suaminya Rp 1,6 juta per bulan. Itu artinya pasutri ini bisa menerima gaji berdua Rp 3,2 juta per bulannya. Karena janji inilah mereka bersedia diboyong ke Riau. "Tapi sejak kami ke Riau enam bulan yang lalu, sampai sekarang tidak pernah terima gaji," kata Isa.
Masih menurut Isa, ketika pertama sampai di Riau, memang pernah menerima uang dari PB PON sebesar Rp 5 juta. Namun uang itu tidak utuh dia terima, karena pihak panitia PB PON Riau memotongnya dengan alasan tiket pesawat mereka dari Jakarta ke Pekanbaru. "Selama enam bulan ini kami hanya pernah dikasih Rp 600 ribu," kata Isa.
Isa pun sudah tidak peduli lagi soal anaknya jadi atlet apa tidak. Dia bersama dua anaknya ingin segera pulang ke Bogor. "Kami hanya berharap, agar gaji kami segera dibayar panitia PON. Kami ingin pulang ke Bogor dan hidup mengamen lagi dari pada di Riau ini makan kami pun terancam," kata Isa sembari meneteskan air matanya.
Hati Isa kini terus menangis melihat anaknya si bungsu Satrio yang duduk kelas IV SD itu harus berhenti sekolah. Padahal niat Isa, begitu sampai di Riau anaknya akan disekolahkan dengan bermodalkan gaji selama bekerja di PB PON.
"Anak saya yang akan dijadikan atlet memang disekolahkan pihak panitia. Tapi anak saya yang kecil, tidak bisa kami sekolahkan, karena kami sendiri tidak pernah terima gaji, makan pun kami susah," kata Isa yang tak hentinya menghapus air matanya.
Berikut beberapa catatan prestasi Ranudirjo anak sulung Isa tersebut. Tahun 2006 juara 2 Kejurnas catur di Batam meraih mendali perak. Tahun 2008, juara 1 Kejurnas Catur Yunior di Bandung. Tahun 2008 mewakili Indonesia dalam event catur pelajar Asean. Tahun 2011 juara program cerdas berbakat Indonesia.
(cha/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini