Dalam pilpres tersebut, rakyat akan memilih antara seorang capres simbol era Mubarak atau capres Islami. Kedua capres adalah mantan perdana menteri Mesir, Ahmed Shafiq dan Mohammed Mursi dari Ikhwanul Muslimin, gerakan yang bersumpah akan mempertahankan tujuan perlawanan rakyat yang berhasil menggulingkan Mubarak.
Dalam putaran pertama pilpres, Mursi berada di urutan kedua dengan meraih 24,7 persen suara. Sementara rivalnya, Shafiq mendapatkan 23,6 persen suara. Dalam putaran pertama pada Mei lalu, ada 13 kandidat yang bersaing untuk terpilih sebagai pengganti Mubarak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu skenario terburuk yang mungkin," kata Hassan Nafea, profesor ilmu politik di Cairo University seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (14/6/2012).
"Jika Shafiq terpilih, ini artinya revolusi telah dibatalkan. Jika itu Mursi, negara akan dipimpin menurut program Ikhwanul Muslimin, yang ditolak sebagian besar warga Mesir," imbuhnya.
Pilihan yang sulit ini menyebabkan banyaknya seruan untuk melakukan boikot dalam putaran kedua pilpres nanti. Sebelumnya seruan boikot ini tidak dihiraukan banyak warga dalam pemilihan putaran pertama.
Kini, para aktivis terkemuka menyerukan sekitar 50 juta pemilih terdaftar untuk abstain atau mengosongkan kartu suara mereka. Dengan ini apakah sebagian besar pemilih Mesir akan menjadi golput? Kita lihat saja.
(ita/nrl)