"Sekarang, anda bisa bayangkan manusia yang jagoan mendesain fighter, he can never be the number one commercial airplane designer," ujar Habibie.
Presiden RI ketiga itu mengatakan itu usai menghadiri acara HUT PT Permodalan Nasional Madani (PMN) di Gedung Smesco, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Sabtu (2/6/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pesawat komersial hanya buatan Eropa dan Amerika Serikat."Tadinya Indonesia (yang buat), karena kita tidak mau. Saya tidak mau, saya pilih yang komersil. Karena yang buat Airbus itu kan saya, saya dari situ. Saya itu wakil direktur dan presidennya di Airbus itu, di Hamburg," beber pria yang membuat pesawat dalam negeri CN-235 ini.
Habibie mengungkapkan perbedaan pesawat tempur dengan komersial. Pesawat tempur itu mempunyai misi perang. Kedua, keamanan dan ketiga biayanya murah.
Sedangkan pesawat komersial yang paling diutamakan yakni keamanan. Kedua, biayanya murah dan ketiga daya jual tinggi.
Sementara itu, soal jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak, Jawa Barat, Habibie enggan berspekulasi. Dia meminta menunggu hasil penyelidikan.
"Soal itu lebih baik kita tunggu saja, daripada nanti berspekulasi. Kita sudah temukan black boxnya. Tunggu data-data dari black box itu," kata dia.
(nik/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini