"Medan cukup berat untuk menuju ke lokasi. Begitu sampai di lokasi, kita harus menuruni tebing dengan kemiringan hingga 80 derajat," kata Letkol Marinir Oni Junianto saat berbincang, Senin (14/5/2012).
Tim Marinir bergerak sejak Rabu (9/5) dari Posko Cidahu. Sempat bermalam di Gunung Cisalak, Tim Marinir turun dahulu ke Posko Loji, untuk kemudian kembali bergerak pada Kamis (10/5) pagi. Tim membawa perbekalan yang cukup dan memetakan koordinat dugaan posisi pesawat jatuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi itu tidak menjadi halangan. Tim Marinir melawan udara dingin dengan api unggun. Jadi saat malam menjelang dan kabut turun, api pun dipasang.
"Kita tidur bergerombol melingkar api," jelasnya.
Sebenarnya, untuk kebutuhan logistik, Marinir membentuk tim logistik. Jadi dari posko Loji, ada tim logistik yang menyuplai makanan. Namun, ada yang cukup menarik, kala tim kehabisan air. Dalam tim Marinir itu ikut seorang anak korban Sukhoi, bernama Angga Tirta.
Ketika tim kesulitan dengan air dan berupaya menemukan mata air, Angga yang juga putra almarhum Aan Husdiana, ini bisa menemukan mata air.
"Ya dengan bantuan Angga juga, dia rajin salat dan kita mendapat petunjuk," tuturnya.
Oni juga bercerita mengenai lokasi jatuhnya Sukhoi di lereng gunung. Tim mesti menggunakan tali untuk turun, karena medan yang sulit untuk dituruni. Marinir adalah salah satu tim pertama yang mencapai dasar jurang pada Jumat (11/5) pagi.
"Untuk turun, kita harus menggunakan tali agar aman ke bawah," jelasnya.
(ndr/asy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini