Jakarta dan kemacetan tampaknya telah menjadi saudara tak terpisahkan. Kemacetan yang semakin tidak bisa diprediksi menyebabkan berbagai kegiatan terpaksa molor karena peserta ataupun pembicara terjebak dalam lalulintas yang padat tidak bergerak.
Demikian halnya yang terjadi dalam acara โNgobrol Bareng Andrea Hirataโ yang diselenggarakan secara informal oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di kantor Kemenlu RI, Rabu (2/5/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai seorang penulis yang karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, Andrea Hirata sangat sederhana dan bersahaja. Malam itu, dia tampil dengan pakaian khasnya: kemeja loose, jeans, syal di leher, dan, tidak ketinggalan, topi seniman hitam yang menutupi rambut ikalnya. Senyum sumringah yang ditebarkannya membuat suasana menjadi hangat.
Memulai acara dengan sapaan ramah dan permintaan maaf atas keterlambatannya, Andrea kemudian menyatakan antusiasmenya untuk menjadi pembicara dalam acara ini.
โKetika saya mendapat undangan untuk mengisi diskusi yang terdiri dari kelompok kecil dan unik, saya langsung menyatakan saya bersedia. Bagi saya, dengan berbagi pengalaman dalam acara ini, saya bisa memberikan sebuah bekal masa depan untuk diplomat muda Indonesia,โ Cetus Andrea.
Setelah itu, dipandu oleh Direktur Kerjasama Teknik Ibu Siti Nugraha Mauludiah, para peserta memperkenalkan diri dan menceritakan alasan kehadiran mereka dalam acara ini. Ternyata banyak di antara peserta yang memiliki pengalaman dan bakat menulis namun tidak terasah dengan optimal.
Hal inilah yang kemudian menuntun menuju pembahasan mengenai How to be a Good Writer. Begini paparan Andrea Hirata selanjutnya (Bersambung).
(es/es)