Aksi yang dilakukan secara bergelombang itu dipusatkan di kawasan Malioboro, gedung DPRD DIY hingga titik nol kilometer atau di simpang empat Kantor Pos Besar Yogyakarta.
Beberapa elemen yang turun ke jalan di antaranya Federasi Serikat Buruh Independen Indonesia (FSBII) Bantul, Aliansi Buruh Yogyakarta (ABY), Komite Aksi Serikat Buruh Indonesia (Kasbi), Forum LSM DIY, Aliansi Rakyat Yogyakarta (ARY), Aliansi Rakyat Menggugat (ARM), Paguyuban Buruh Kemudo, Paguyuban Buruh Gendong, BEM-KM UGM, HMI, Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) dan lain-lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain berorasi secara bergantian, yang menarik dari aksi itu massa bersama-sama menyanyikan lagu "Iwak Peyek". Namun lirik lagu itu diubah atau dipelesetkan menjadi lirik yang menyuarakan protes nasib kaum buruh.
Lirik lagu itu, "Iwak peyek, iwak peyek, sego jagung, BBM mundak, BBM mundak (naik-red), rakyate buntung. Di sini kita menagih janji, mengapa outsourcing dilegalkan, mengapa upah buruh direndahkan," sambil mengibarkan bendera organisasi serikat pekerja masing-masing.
Sepanjang aksi di kawasan Malioboro, massa juga melakukan aksi teatrikal. Empat orang peserta aksi memerankan sebagai buruh dengan tubuh dilumuri cat merah dengan kaki diikat kotak dari kardus hitam mendorong sebuah becak yang ditunggangi seorang pengusaha.
Sedangkan massa lainnya saat menggelar aksi halaman DPRD DIY melakukan aksi tidur di lantai dan berjalan mundur. Aksi itu sebagai ungkapan protes presiden dan wapres hanya tidur tidak memperhatikan nasib kaum buruh. Aksi jalan mundur sebagai ungkapan kemunduran nasib rakyat dan kaum buruh.
Sekjen ABY, Kirnadi dalam orasinya menyatakan pihaknya menolak dan menuntut dihapuskan sistem kontrak atau outsourcing. Sebab sistem tersebut hanya menguntungkan pengusaha dan sistem outsourcing tidak sesuai dengan aturan pengupahan. Buruh diperas tenaganya, bila sudah habis masa kerja, diputus kontraknya.
"Sistem outsourcing adalah bentuk perbudakan modern atau gaya baru, itu harus dihapuskan," teriak Kirnadi.
Dia juga mengkritik rendahnya Upah Minimum Provinsi (UMP) DIY yang lebih rendah dibanding daerah lain serta adanya pemberangusan serikat pekerja di beberapa perusahaan, bahkan akan ikut aksi Mayday juga dihalang-halangi.
"Kami juga meminta pemerintah untuk tidak merealisasikan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan turunkan harga sembako. Berikan jaminan sosial untuk buruh dan menolak diskriminasi buruh perempuan," katanya.
Selama aksi berlangsung massa tidak mendapatkan pengawalan ketat dari aparat. Polisi hanya mengatur agar arus lalu lintas di sepanjang Malioboro tidak macet atau tersendat.
(bgs/nrl)