Pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur yang layak disimbolkan dalam cerita pewayangan yakni Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli, Mengapa Demikian? Dalam perspektif budaya, pasangan Fauzi Bowo, memiliki ciri khas nama belakang 'Bowo' yang berarti 'Wibawa'. Tokoh pewayangan yang paling tepat untuk mencerminkan hal ini yakni sosok Semar yang mengutamakan kebijaksanaan.
Sedangkan Nachrowi Ramli atau julukannya yakni Nara, jika disimbolkan dalam cerita pewayangan yang paling tepat adalah Narayana, nama julukan Kresna saat masih kecil. Dalam cerita pewayangan, tokoh Semar untuk pertama kalinya termuat dalam karya sastra aman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Semar disimbolkan seperti sosok abdi atau hamba, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semar adalah sebagai pengasuh golongan ksatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Semar mencerminkan perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.
Bijak dan bersahaja ciri khas karakter Fauzi Bowo ini mencerminkan sosok Semar dalam pewayangan. Sebagai figur gubernur yang bersahaja, Fauzi Bowo juga sering bertatap muka langsung dengan masyarakat. Oleh karena itu, selama kepemimpinannya, Fauzi Bowo menerapkan budaya baru yakni budaya mendengar aspirasi masyarakat. Sebab, dengan banyak mendengar aspirasi masyarakat maka seorang pemimpin akan banyak mengerti apa yang akan dilakukan untuk masyarakat. Sifat bersahajanya ini telah ditunjukan dengan beberapa perilaku sederhana dalam sehari-harinya.
Selain itu, tata kelola pemerintahan yang akan diterapkannya selama lima tahun telah memprioritaskan pada penegakkan hukum seluas-seluasnya. Sebab, apabila penegakan hukum tersebut dapat berjalan dengan baik, maka kepercayaan publik kepada pemprov akan semakin meningkat.
Sedangkan, Nachrowi Ramli (Nara) dalam kisah pewayangan layak disimbolkan dengan sosok Narayana. Kisah Narayana dimulai ketika Raja Mandura Basudewa memiliki putra dari istri ketiga bernama Narayana. Putra laki-laki ini kemudian dititipkan pada salah satu pertapa yang bernama Resi Padmanaba. Kerajaan Mandura mengalami ancaman dari penjahat. Dikisahkan ada seseorang yang ingin diakui anak, padahal ia adalah keturunan dedemit dari Kerajaan siluman Bata Mera.
Bertahun tahun Narayana mengabdi kepada Resi Padmanaba dan akhirnya dia berpetualang untuk mengamalkan ilmu dan sekaligus untuk merebut kembali kerajaanya yang direbut paksa oleh Kangsa Dewa, Narayana diberi wasiat oleh Resi Padmanaba berupa senjata Cakra Udaksana (Senjata penumpas kejahatan dan pembela keadilan).
Apabila dalam dunia politik dikenal jago untuk diplomasi, di dunia pewayangan predikat itu layak disandang oleh seorang tokoh yang keahliannya setaraf dengan profesi tersebut. Dia adalah Kresna awatara (titisan) Dewa Wisnu yang ketika masih kecil bernama Narayana. Sosok Kresna sebagai penjaga perdamaian, pengendali keadilan dan kesejahteraan umat di Jagat Raya.
Nachrowi Ramli atau bang Nara dalam kisah pewayangan disimbolkan Narayana, dianggap sebagai sosok yang tepat untuk memimpin Jakarta mendampingi Calon Gubernur Fauzi Bowo. Selain tegas dan berani, Nara juga dikenal visioner.
Visi Bang Nara tentang Jakarta tegas seperti yang ada dalam tagline 'Menata Jakarta'. Tagline itu hasil refleksi terhadap semua persoalan Jakarta. Penataan dilakukan di dalam semua bidang, baik politik, ekonomi, maupun budaya. Dan program pemerintah ketika Fauzi Bowo menjabat, musti di lanjutkan.
Jadi simbolisasi Semar dan Kresna (Narayana) kepada pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli sangat tepat. Kolaborasi kebijaksanaan dan pengendali keadilan dalam rangka mewujudkan harapan besar masyarakat Jakarta kedepan. Tentu jika pasangan Semar dan Narayana ini mesra dan mesin politiknya efektif hingga digelarnya pemungutan suara, maka kemenangan satu putaran bukan hal yang mustahil terjadi.
*) Aridho Pamungkas adalah mahasiswa pascasarjana Magister Ilmu Politik Universitas Indonesia.
(vit/vit)