"Banyak perempuan yang mampu, mungkin karena mereka tidak tertarik. Lagi pula Jakarta ini bukan sekadar kota homogen melainkan heterogen. Sebenarnya belum munculnya mereka melihat dari kondisi Jakarta yang crowded dan perlu sosok gubernur yang bisa mengayomi bukan gubernur yang bisa memasang image," pendapat anggota Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW), Farida Widyawati.
Hal itu disampaikan Farida di sela-sela sosialisasi Pemilukada DKI di Gedung Dharma Wanita Persatuan Provinsi DKI Jakarta Nyi Ageng Serang, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Kamis (22/3/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tokoh yang mempunyai keberanian, jujur, berani bertindak tegas dalam jajaran pemerintah. Dan dapat memikirkan kondisi infrastruktur yang crowded, merangkul semua pihak di lingkungan Jakarta," jelas Farida.
Senada dengan Farida, anggota Ikatan Wanita Muslim Indonesia (Iwami) Lala mengatakan masalah Jakarta yang sangat kompleks membuat perempuan maju-mundur untuk menjadi cagub-cawagub DKI.
"Jakarta itu terdiri dari kaum urban yang bermacam ras. Jakarta memerlukan sosok pemimpin yang bertangan besi karena Jakarta itu sudah ruwet dalam permasalahan yang complicated dari lalu lintas sampai infrastrukturnya. Hal itu yang membuat kaum perempuan jadi maju mundur dalam pencalonan," jelas Lala.
Ditambah lagi, tidak ada sponsor dari partai. Bagaimana dengan Wanda Hamidah dari PAN yang sempat disebut mencalonkan diri?
"Iya tapi kan dia mundur lagi. Karena tidak ada sponsor partai, partai lebih cenderung memilih kaum laki-laki daripada perempuan. Mungkin itu dilihat dari pengalamannya memimpin serta pendidikannya," tutur Lala.
Pendapat Lala diperkuat oleh Nur Fahrudi, Sekjen Ikatan Wanita Sulawesi Selatan (IWS) mengenai dukungan parpol.
"Mungkin melihat dari sumber daya manusia yang belum siap. Padahal wanita banyak juga yang tertarik untuk mencalonkan. Ini mungkin masalah partai juga yang tidak cenderung mempercayakan kaum perempuan," tutur dia.
Sejumlah kandidat telah mendaftarkan ke KPU, mereka adalah Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini (PKS), Alex Noerdin-Nono Sampono (Golkar, PDS, PKB), Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) (PDIP dan Gerindra), Fauzi Bowo (Foke)-Nachrowi (PD, PAN), serta calon independen Faisal Basri-Biem Benjamin serta Hendardji Supandji-Ahmad Riza Patria.
(nwk/nrl)