"Bagi saya RI harus tetap proaktif untuk kerja sama intelijen dan interpol dengan negara setempat. Kerja sama lain, terutama dari diplomat, juga harus intens kerja sama dengan keamanan setempat untuk memperoleh informasi secepatnya," ujar pengamat terorisme dan intelijen, Wawan Purwanto, kepada detikcom, Kamis (22/3/2012).
Wawan mengatakan diragukan jika bom yang meledak di depan KBRI Paris terkait dengan kondisi politik dan keamanan dalam negeri. Sulit untuk ditemukan benang merahnya. Karena menurut dia, Prancis bukan negara yang bisa digunakan pola-pola terorisme oleh kelompok-kelompok tertentu sebagaimana Filipina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait dengan penemuan dua CCTV yang saat ini sedang diselidiki pihak keamanan Paris, Wawan berharap dapat menjadi petunjuk awal untuk mengungkap pelaku yang bertangung jawab terhadap kejadian tersebut.
"Sekarang kan proses penyelidikannya masih berlangsung. Tidak ada kejahatan yang sempurna. Yakin ada celah-celah yang ditinggalkan dalam kejadian itu, meninggalkan jejak. Jadi bisa ditelusuri," ucapnya.
Dia juga meminta pemerintah RI untuk tidak terburu-buru mencurigai pihak tertentu. Karena ledakan terjadi tidak di wilayah ekstra teritorial Indonesia.
"Saya juga masih menunggu olah TKP dan upaya-upaya pemerintah setempat mengungkap siapa di balik peristiwa itu. Kalau kasus 2004 tidak terungkap, ya karena memang bukan wilayah kita. Sekarang pun demikian, tidak bisa intervensi penyelidikan negara setempat, orotitas keamanan negara lain," pungkas Wawan.
Ledakan terjadi pada pagi pukul 05.15 waktu Paris atau pukul 11.15 WIB, kemarin. Tidak ada korban jiwa dari insiden ini. Selain kaca gedung KBRI Paris yang pecah-pecah akibat ledakan itu, kerusakan serupa terjadi di sekitar lokasi kejadian.
Ledakan yang terjadi di KBRI Paris bukan yang pertama. Ledakan serupa pernah terjadi pada 2004 lalu. Sementara itu tim dari BIN akan turut menyelidiki kasus tersebut.
(rmd/vta)