"Ia menunjukkan perubahan keanehan yang tidak layak. Kalau dia lagi merokok seperti orang dewasa bicaranya," kata Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA), Arist Merdeka Sirait saat dihubungi detikcom, Selasa (20/3/2012).
Arist mengatakan perubahan IL tidak cuma perilaku. Tapi juga dari kulitnya, fisiknya, giginya, dan bibirnya. Berat badannya bahkan turun setiap hari. Hal itu merupakan efek kecanduannya yang cukup berat terhadap tembakau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itu, lanjut Arist, ketika IL merokok, ia tampak tenang. Bicaranya juga sopan. Tapi ketika ia meminta rokok, dan kemauannya tidak dipenuhi. IL akan menjadi anak yang kasar. Ia bisa memukul orangtuanya dan orang lain yang tidak memberinya rokok. IL menjadi anak yang hiperaktif yang akan memukul dirinya ke dinding dan merusak barang.
"Pas merokok dia kooperatif. Ketika tidak dikasih rokok, dia berbicara tidak sopan. Saya juga sempat dipukul muka saya. Jadi memang dia sudah adiksi berat terhadap rokok," ungkapnya.
Arist menjelaskan IL juga sudah berperilaku seperti orang dewasa. Ia akan melakukan segala cara untuk bisa merokok. Ia bahkan pernah bekerja sebagai tukang parkir untuk menghasilkan uang dan membelikannya rokok.
"Dia cari uang sendiri markir kendaraan untuk beli rokok. Dia dapat sekitar Rp 20 ribu terus beli rokok. Dia juga pernah ambil beras terus dia gantikan dengan rokok," ucapnya.
(gus/ndr)