Pernyataan tersebut disampaikan oleh seorang sumber dari kalangan pejabat intelijen AS yang dirahasiakan namanya. Demikian seperti diberitakan oleh surat kabar AS, New York Times dan dilansir oleh AFP, Sabtu (25/2/2012).
Menurut sumber tersebut, intelijen AS masih konsisten dengan laporan intelijen tahun 2007 lalu yang menyimpulkan bahwa Iran telah meninggalkan program pengembangan nuklirnya. Bahkan penilaian tersebut telah ditegaskan kembali dalam Laporan Nasional Intelijen AS tahun 2010 lalu dan disepakatai oleh 16 badan intelijen Amerika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pejabat dan analis intelijen percaya bahwa masih ada penjelasan lain soal kegiatan pengayaan nuklir yang kini dilakukan Iran. Muncul pandangan bahwa Iran sengaja menciptakan apa yang disebut dengan 'ambiguitas strategis', untuk memperkuat pengaruhnya terhadap negara-negara sekitarnya.
Maksudnya, Iran ingin meningkatkan kekuasaannya dengan 'menaburkan' kecurigaan di antara negara-negara lain, terutama negara Barat soal ambisi senjata nuklirnya. Di sisi lain, sebenarnya Iran memang tidak menciptakan bom nuklir.
Ulasan ini muncul setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya sangat prihatin dengan kemungkinan pengembangan nuklir Iran untuk keperluan militer.
Selama ini negara-negara Barat terus mencurigai Iran diam-diam berupaya mengembangkan senjata nuklir lewat program nuklir yang dijalankannya. Namun pemerintah Iran telah berulang kali membantahnya. Ditegaskan Iran bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai, yakni sebagai pembangkit energi bagi kepentingan sipil dan untuk tujuan medis.
(nvc/gah)