"Nggak pernah cerita apa-apa," kata Parni (54), bapak angkat Mujianto saat ditemui di Mapolres Nganjuk, Jalan Gatot Subroto, Kamis (16/2/2012).
Dengan menggunakan bahasa Jawa, Parni yang sehari-hari bekerja sebagai petani ini menceritakan tentang kehidupan anak angkatnya. Mujianto merupakan anak bungsu pasangan Lamsuki dan Pasri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tidak ada hubungan saudara atau famili dengan orang tua orang tua Mujianto, Parni mau mengadopsi Mujianto. Hingga kemudian Mujianto tumbuh dan berkembang serta mampu mencari pekerjaan sendiri.
"Lulus sekolah SD, ikut membantu ke sawah," katanya.
Mujianto dikenal suka dengan anak kecil. Tak jarang, setelah seharian keluar dari rumah, ia pulang dengan membawa makanan dan memberikannya kepada anak-anak kecil.
Sebelum menjadi 'suami' J dan tinggal serumah selama 2 tahun lebih, Mujianto pernah mengadu nasib dengan berjualan bakso di Jawa Barat atau Jakarta.
Parni mengaku tidak pernah mendengarkan keluh kesah Mujianto terkait pekerjaan atau calon istri maupun hubungannya sesama jenis dengan J di Berbek, Kabupaten Nganjuk.
"Saya juga tidak pernah melihat (Mujianto) bersama temannya pulang ke rumah. Kalau pulang, tidak pernah menginap langsung balik," ujarnya.
Hingga menginjak 24 tahun, Mujianto juga tidak pernah mengutarakan ketertarikannnya terhadap perempuan. Apalagi berniat melamar dan menikah. Ternyata, sudah 2 tahun lebih, Mujianto malah 'berumah tangga' dengan pasangan gay-nya, J.
"Mujianto tidak pernah bicara tentang pernikahan. Saya juga tidak pernah menanyakan," katanya.
(try/nrl)