"Saya tidak mengambil risiko. Alat-alat yang digunakan selalu steril dan bersih," kata Pak Kadek, pemilik Legian 64 Tatto Studio, di Jl Legian, Kuta, Selasa (27/12/2011).
Kadek mengaku dia telah lama menekuni profesi tato di Bali. Selama 17 tahun membuat tato, ia tidak pernah menerima komplain ada wisatawan yang tertular penyakit. "Saya 17 tahun usaha tato tidak pernah ada masalah," kata Kadek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alat yang selalu steril dan higienis itu mengakibatkan harga tato hingga mencapai belasan juta. "Harga tato di sini mahal," katanya.
Sebelumnya, pemerintah Australia mengumumkan seorang warganya, yang tidak disebutkan namanya, terinfeksi HIV setelah membuat tato saat berlibur di Pulau Dewata itu.
Kadek menduga, turis yang mengaku tertular HIV, tidak karena tato melainkan hubungan seks yang tidak aman. "Mungkin bukan karena tato. Bisa saja dia berhubungan seks tanpa menggunakan kondom," ujar Kadek.
(gds/anw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini