Alamak! Dokter Palsu Perbesar Bokong Wanita Dengan Semen

Miami - Seorang wanita di Miami, Amerika Serikat (AS) yang ingin badannya terlihat bak gitar Spanyol melakukan operasi plastik. Namun bukannya ditangani oleh dokter bedah asli, wanita itu pergi ke seseorang yang ternyata hanya dokter palsu. Dia menawarkan harga miring untuk operasi memperbesar bokong. Alhasil, setelah operasi, tubuh wanita yang dirahasiakan identitasnya itu berisi campuran semen, minyak mineral dan cairan pengisi ban!

Seperti diberitakan news.com.au, Senin (21/11/2011), polisi setempat mendapatkan laporan dari seorang perempuan yang menyebut bagian bokongnya telah diisi oleh campuran semen, minyak mineral dan cairan untuk menambal ban. Tersangkanya adalah seorang laki-laki yang mengubah identitasnya menjadi seorang wanita dan mengaku sebagai seorang ahli bedah.

Adalah Oneal Ron Morris (30), yang ditahan oleh polisi setempat dengan tuduhan melakukan malpraktik dan bekerja tanpa izin. Polisi menunjukkan ciri-ciri Morris dengan penampilan seorang perempuan yang memiliki bibir sensual, alis yang melengkung dan bagian bokong yang besar.

Morris mendapatkan bayaran sebesar $US 700 dari pasiennya tersebut. Saat mengoperasi wanita itu, Morris menyuntikkan dan memompa racun tersebut ke sejumlah titik di bokong wanita tersebut. Ketika wanita itu merasakan nyeri yang semakin menjadi-jadi, Morris meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

"Oh jangan khawatir, kamu akan baik-baik saja. Kami cuma akan terus menyuntikkan ini dan semuanya akan berhasil," kata pejabat kepolisian Miami Gardens, Sersan Bill Bamford menirukan ucapan Morris kepada wanita tersebut.

Setelah operasi, pasien terus mendapatkan rasa sakit yang luar biasa. Dia kemudian secepatnya pergi ke dua rumah sakit setelah menderita nyeri perut luar biasa dan luka infeksi pada bokongnya. Meski awalnya malu, namun akhirnya setelah didesak pihak rumah sakit, wanita itu pun menceritakan apa yang dialaminya.

Pihak berwenang masih terus menyelidiki kasus ini. Diyakini masih ada korban lainnya namun malu untuk mengadukan kejadian memalukan tersebut.
(fiq/ita)