Gedung tersebut bernama Groeneveld. Artinya adalah lapangan hijau. "Dulu, dari gedung itu sampai dengan Cisalak terbentang rumput hijau. Sepanjang jalan berjajar yang sekarang Jalan Raya Bogor berjajar pohon asem. Sampai sekarang dikenal istilah Asem Baris," kata pengamat sejarag Rahmat Ruchiat, saat ditemui detikcom, di kediamannya di Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu (2/4).
Gedung tersebut, menurut Rahmat, sejak dulu banyak berganti kepemilikan. Dari mulai tuan tanah Tjaling Ament sampai dengan Gubernur Jenderal Batavia dulu kala, Gustaf Willem baron Van Imhoff (1743-1750), yang juga membangun Istana Bogor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gedung tersebut, sambung Rahmat, terakhir kali tercatat pernah dibeli oleh seorang juragan tanah bernama Jacobus Johanes Craan. Craan tercatat sebagai salah satu bangsawan Hindia-Belanda.
Sebagai seorang bangsawan, tentunya saat itu dia memiliki ciri khusus. Sang tuan tanah memiliki stempel berlambang bangau. Bangau itulah yang turut menjadi ornamen ukiran kayu yang menghiasi dinding dan pintu Gedong Tinggi.
Bangunan tersebut kini tinggal tumpukan bata di antara lingkungan Asrama Polisi Lalu Lintas. Sisa kebakaran tahun 1985 yang sebelumnya sempat dihuni ratusan polisi masih jelas terlihat. Singkat kata, tidak ada lagi kemegahan dan kebesaran Grouneveld di sana.
Sekeliling bangunan tumbuh kuping gajah dan rumput-rumput liar menutupi indahnya bekas bangunan. Tidaklah terlalu sulit mencari Gedong Tinggi, dia berada tepat di seberang mulut Jalan Raya Condet atau 50 meter dari Sungai Ciliwung.
Meski sisa bangunan bersejarah tersebut perlahan lenyap, namun namanya masih terus diingat dan diabadikan menjadi kawasan di sekitaranya, Kampung Gedong, Jakarta Timur.
(ahy/anw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini