Fenomena selebriti menjadi politisi ini semakin marak ketika terbukanya iklim demokrasi di Indonesia. Sederet nama seperti Wanda Hamida, Rieke Dyah Pitaloka, Venna Melinda, Nurul Arifin, Wulan Guritno, Eko Patrio, Marissa Haque, Ikang Fauzi, Mandra, Jeremi Thomas, Edo Kondologit, Tantowi Yahya, Tengku Firmansyah dan masih banyak yang lainnya mengikuti jejak artis yang menjadi politisi seperti Angelina Sondak, Alamarhum Adjie Masaid dan Komar.
Fenomena selebriti menjadi politisi menjadi menarik ketika rame-rame selebriti mencalonkan menjadi kepala daerah seperti Helmi Yahya yang mencalonkan menjadi calon Wakil Gubernur Sumatera Selatan, Syaiful Jamil yang mencalonkan menjadi Wakil Walikota Serang, Ayu Soraya yang mencalonkan diri menjadi Bupati Tegal, Primus Yustisio yang mencalonkan diri menjadi Bupati Subang dan Derry Derajat menjadi calonΒ Wakil Walikota Depok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana kontribusi para selebriti kita terhadap perkembangan demokratisasi dan bagaimana menilai pandangan banyak kalangan yang meragukan dan bahkan meremehkan para selebriti yang menjadi politisi menjadi sesuatu yang penting untuk kita kemukakan.
Apakah para selebriti itu memiliki kemampuan atau kualitas yang mempuni pula begitu memasuki karir menjadi politisi?Β Atau para selebriti hanya sekedar menjadi penarik suara (vote getter) bagi partai politik atau calon kepala daerah.
Kiprah Politisi Selebriti
Di Amerika, fenomena selebriti menjadi politisi atau pejabat negara bukan hal yang baru, Ronald Reagan yang menjadi Presiden Amerika dari Partai Republik dan Arnold Schwarzenegger yang menjadi Gubernur California adalah dua nama yang dapat kita sebutkan.
Di negara yang demokrasinya telah maju seperti Amerika, fenomen selebriti menjadi politisi itu menjadi hal yang biasa. Bahkan, Michael Sessions, meskipun bukan seorang selebriti saat masih duduk di kelas X (setara dengan kelas 1 SMU), memulai karir politiknya, ia mencalonkan diri sebagai kandidat Walikota Hillsdale, Michigan,
Amerika Serikat.
Mimpi Sessions menjadi politisi kesampaian sebelum ia mendapatkan ijazah SMU-nya. Michael Sessions dalam usia delapan belas tahun menjadi Walikota termuda di Amerika Serikat.
Bagaimana Indonesia? Di tengah Fenomena selebriti menjadi politisi dan banyaknya selebriti yang memulai karir politiknya dengan mencalonkan diri menjadi calon kepala daerah menimbulkan keraguan di kalangan politisi sendiri dan masyarakat kebanyakan tentang kiprah politisi selebriti.
Melihat kiprah politisi selebriti ditinjau dari perspektif Political PR dan marketing politik modern sosok selebriti sesungguhnya memenuhi prasyarat untuk memasuki era kampanye modern dengan model pemilihan langsung yang memerlukan popularitas dan elektabilitas.
Kini menjadi politisi di Indonesia tidak lagi hanya mengandalkan kualitas potensi diri tetapi juga memerlukan popularitas dan elektabilitas. Banyak kader-kader partai politik atau tokoh independen dan profesional yang memiliki kualitas kepemimpinan yang mempuni gagal untuk memasuki kompetisi menjadi politisi lantaran tidak populer.
Sementara selebriti yang menjadi politisi telah memiliki modal popularitas, sehingga popularitas yang dimiliki itu tinggal dipasarkan kepada publik masyarakat pemilih (vooters) untuk mencapai tingkat keterpilihan (elektabilitas) yang dapat menghantarkan kemenangan dalam kompetisi politik.
Bagi para politisi selebriti yang telah memiliki popularitas dan elektabilitas pun masih harus membuktikan kiprahnya di panggung politik dengan menunjukkan kerja-kerja politik dan kualitas yang tak kalah dengan politisi lainnya.
Bila kita berkesempatan menyelami kualitas atau potensi para politisi selebriti tentu kita tidak dapat meremehkan kapasitas atau kemampuan Sophan Sofyan pada masanya, Dede Yusuf, Rano Karno, Rieke Diah Pitaloka, Nurul Arifin, Tantowi Yahya atau Angelina Sondak.
Bagaimana dengan politisi selebriti lainnya? Pengalaman saya berkomunikasi secara intensif dengan kelompok penggiat seni di Teater Ciliwung Pasar Minggu Jakarta Selatan: Bang Hari dan Bang Ahmad Yusuf yang melalui tangan dingin sutradara kawakan ini telah banyak mempopulerkan sederet selebriti Indonesia.
Atau bila anda berdiskusi secara intens dengan Deddy Mizwar, Yessy Gusman, Sutan Saladin, Paramitha Rusady, Peggy Melati Sukma, Tamara Blezinsky, Desi Ratnasari, Gusti Randa, Dewi Yul dan para selebriti lainnya. Kita akan dapat mengambarkan bahwa kemampuan dan kualitas, wawasan sosial politik dan komitmen kerakyatan selebriti kita tak dapat kita remehkan atau diragukan.
Tetapi terus terang saya pribadi masih melihat bahwa tampilnya para politisi selebriti di panggung politik Indonesia masih belum menunjukkan kemampuan atau kualitas mereka secara maksimal dan mumpuni. Bahkan berkecendrungan hanya dijadikan sebagai penarik suara (vote getter).
Fenomena Adrea
Munculnya Andreas Taulany menjadi Wakil Walikota mendampingi Arsid dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah di Tangerang Selatan dapat menjadi contoh yang paling anyar. hal tersebut menjadi cermin bagaimana kiprah politisi selebriti yang meniti karir menjadi politisi memiliki tingkat popularitas dan elektabilitas yang luar biasa dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah.
Menempatkaan pasangan Arsid-Andre pada peringakat kedua dalam perolehan suara setelah pasangan Airin-Benyamin. Setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan dan memerintahkan kepada KPUD Kota Tangerang Selatan untuk melakukan pemungutan suara ulang di seluruh TPS se-Kota Tangerang Selatan. Ini tentu membuka peluang Andre selaku politisi selebriti untuk menjadi Wakil Kepala Daerah.
Keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap pemungutan suara ulang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Tangerang Selatan didasarkan pada fakta-fakata adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pasangan Airin-Benyamin. Pasangan tersebut melibatkan struktur kekuasaan dan dalam praktiknya menggunakan uang atau barang yang dibagikan kepada dan oleh aparat dengan disertai tekanan-tekanan terhadap pegawai-pegawai yang tidak sejalan dengan sistematisasi dan strukturisasi pemenangan Airin-Benyamin.
Bila Andre yang mendampingi Arsid pada Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Tangerang Selatan yang akan melakukan pemungutan suara ulang pada Minggu, 27 Februari 2011 berhasil memenangi pemilihan umum Kepala Daerah akan menambah deretan politisi selebriti yang berkarir di politik.
Pertanyaan pentingnya adalah, mampukah Andre yang memiliki popularitas akan mendongkrak tingkat keterpilihan (elektabilitas) pasangan Arsid-Andrea? Dan kerja berat Andre dan tentu para politisi selebriti lainnya adalah kehadiran mereka di panggung politik bukan sekedar sebagai penarik suara (vote getter) dalam setiap pemilu.
Akan tetqapi harus benar-benar menunjukkan kiprahnya yang berkualitas dan mempuni, lantaran rakyat membutuhkan kerja-kerja nyata politisi, bukan lagi sekedar janji.
Kinerja dan kualitas kerja yang nyata bagi kepentingan rakyat Inilah yang merupakan kontribusi nyata para politisi terutama para politisi selebriti terhadap perkembangan demokratisasi di Indonesia.
Kinipun saya mulai membayangkan tampilnya politisi selebriti pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, mungkin Dede Yusuf, Rano Karno atau yang lainnya. Selamat datang demokrasi, selamat datang para politisi selebriti dan para pemimpin bermutu tinggi.
Wahyu Triono KS
Bhayangkara No 9A PGS Cimanggis Depok
wahyu_triono2004@yahoo.com
081219921609
Penulis adalah Direktur CINTA Indonesia dan Professional Campaign and Politic Consultant Pada DInov ProGRESS Indonesia.
(wwn/wwn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini