Direktur Ketua Walhi DKI Jakarta Ubaidillah mengatakan, sebagian ruas jalan di Jakarta Utara memang rawan. Tidak hanya secara konstruksi bangunan tapi juga akibat proses alam.
"Yang paling rentan itu mulai dari Cilincing, Pademangan, Gunung Sahari, Ampera hingga Muara Angke," kata Ubaidillaah saat berbincang dengan detikcom, Minggu (19/9/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai langkah pencegahan, Ubaidillah mengusulkan agar pemerintah mulai mengawasi secara ketak penggunaan air tanah di Jakarta Utara. Harus ada mekanisme kontrol dan sanksi bagi para developer yang menggunakan air tanah berlebih.
"Saya fikir aturan yang ditetapkan pemerintah, seperti tarif yang tinggi tidak dilakukan. Juga pengontrolan dan sanksi. Ini harus segera dilakukan," tegasnya.
Selain itu, pemerintah juga perlu mempertimbangkan penambahan proporsi garis pantai di sepanjang Jakarta Utara. Saat ini, kata Ubaidillah, garis pantai praktis hanya di Muara Angke. Sisanya sudah dipenuhi oleh pengerasan bangunan.
Tidak hanya itu, soal konstruksi jalan harus mendapat perhatian khusus. Dia menduga, jalan yang digunakan selama ini tidak dibangun dengan kualitas yang standar.
"Supaya bisa diperbaiki bulanan atau tiga bulanan. Tidak untuk jangka panjang atau permanen," tegasnya.
Perbaikan juga harus dari segi drainase. Menurut Ubaidillah, peninggian jalan bukan solusi terbaik karena hanya menyelamatkan jalan sementara lingkungan sekitarnya tetap tenggelam.
"Kecuali drainase itu diperbaiki. Dengan adanya aksi besar-besaran memperbaiki drainase minimal bisa dihindari," urainya.
Ubaidillah memprediksi jika kondisi ini terus dibiarkan, maka Jakarta Utara akan tenggelam pada tahun 2030. Pemerintah harus berjuang ekstra keras untuk mencegah ini dengan memperhatikan kawasan lingkungan bukan hanya industri.
"Harus ada perbaikan tata ruang di Jakarta Utara. Kalau tidak bisa terjadi bencana ekologi," tutupnya.
(mad/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini