"Waktu tahun 2002 Menko Polkam datang ke Poso, tapi hanya sampai di airport, tidak berani ke kota. Tapi Bapak yang Menko Kesra malah berani datang ke tempat konflik. Kenapa Bapak melakukan itu?" tanya salah satu pelaku konflik Poso, Thamrin.
Hal itu ditanyakan Thamrin kepada JK dalam acara "Forum Dialog Perdamaian Nusantara" di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (23/6/2009).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya pelaku konflik Poso, dalam acara tersebut hadir pula pelaku konflik Ambon, eks Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dan eks anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Dikatakan JK, dirinya ingin menyelesaikan konflik Poso supaya tidak berlarut-larut dan bisa segera diredam. Karena itu, secara rutin dia mengunjungi wilayah konflik berdarah tersebut.
"Setiap tiga hari sekali saya dari Jakarta ke Poso. Perjalanan kurang lebih 10 jam," kenang JK.
Menurut Ketua Umum Partai Golkar ini, pada saat itu terdapat 2 juta pengungsi konflik Poso dan merupakan jumlah pengungsi terbanyak di dunia. Karenanya, dia bertekad menyelesaikan konflik supaya para pengungsi tersebut dapat pulang ke rumah masing-masing.
"Dulu saya itu Menko Kesra. Tugas saya menyejahterakan rakyat. Saya tidak akan bisa menyejahterakan jika konflik masih terjadi. Makanya saya akhirnya harus menyelesaikan konflik tersebut agar pengungsi kembali lagi, masyarakat bisa tersenyum, dan kesejahteraan bisa terjadi," tutur JK.
Menurut JK, proses perdamaian di Poso paling cepat dibanding konflik di daerah lain.
"Dan menurut saya, perdamaian di Poso itu perdamaian yang tercepat, karena hanya memakan waktu 2 minggu," pungkasnya.
(irw/nrl)