"Kalau melihat pada gambar sampulnya, angka 666 dengan sengaja diletakkan di pelipis saya. Angka 666 ini sangat terkenal dengan simbol iblis," kata Ical saat mengadukan Tempo ke Dewan Pers di Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (29/11/2008). Ical diterima oleh Ketua Dewan Pers Ichlasul Amal dan anggota Leo Batubara.
Ical menyatakan, dia memahami bahwa terkadang pers bermain dan mengkritik lewat karikatur. "Tetapi penggunaan simbol iblis terlebih lagi di gambar sampul, bukanlah sebuah karikatur. Dia pada dasarnya adalah sebuah actual malice, sebuah praduga jahat yang secara sengaja dibuat untuk menghina dan merendahkan orang,"curhat Ical.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Begitu banyak cerita yang ditulis tanpa fakta yang lengkap yang berdasarkan rekaan dan spekulasi sumber yang anonim atau malah spekulasi wartawannya sendiri. Sejauh itukah degradasi kualitas jurnalisme Tempo saat ini?" ujar Ical.
Mundur dari Bisnis
Ical juga menegaskan, begitu dia menjadi mennteri, dia mundur dari urusan bisnis keluarga. Tongkat estafet dalam memimpn bisnis keluarga telah saya diserahkan pada adiknya. Namun Ical masih sering memberi nasihat dan pertimbangan sebagai anak tertua.
"Namun semua itu saya lakukan dalam perananan sebagai kakak, ayah dan saudara yang dituakan. Tidak sekalipun saya pernah mengkhianati amanat jabatan saya sebagai pejabat pemerintah. Sebagai menko perekonomian beberapa tahun silam, tidak ada satu pun tindakan dari pemerintah yang saya sengaja saya buat untuk menguntungkan bisnis kelarga saya.Demikian juga pada saat saya menjadi Menko Kesra," ujarnya.
"Saya menjaga batas antara apa yang pantas dan tidak pantas, baik dan tidak baik dalam menjalankan jabatan saya, temasuk ketika perusahaan keluarga Bakrie menghadapi cobaan berat seperti yang terjadi dalam 3 bulan terakhir," kata Ical.
(nrl/nrl)