Madura - Menengok Kabupaten Sampang, Madura, Menteri Negara PDT Lukman Edy disambut warga. Lho... lho... Kok semuanya sarungan?Tidak perempuan, tidak laki-laki, tidak orang dewasa, tidak anak-anak, semuanya memakai sarung. Coraknya pun beda-beda. Sesuai dengan kesukaan. Jika yang laki-laki dilengkapi peci, untuk wanitanya memakai kerudung.Pemakaian sarung oleh warga Kabupaten Sampang bukan berarti tidak menghargai bertemu Pak Menteri. Di kabupaten itu, sarung memang menjadi identitas dan baju wajib sebagian warga di sana. Menghadiri undangan pernikahan, acara pertemuan di balai desa, atau acara formil lainnya, ya
dress code harus sarungan."Rasanya tidak lengkap kalau tidak pakai sarung," kata seorang warga Desa Banjar Talela, Kecamatan, Camplong, Kabupaten Sampang, Madura dalam perbincangan dengan
detikcom, Rabu (7/11/2007).Biasanya, kaum laki-laki lebih menyukai sarung bermotif tenunan atau motif kotak-kotak. Warnanya juga cenderung terang, seperti biru, abu-abu dan putih.Perempuannya, rata-rata menyukai motif yang hampir seragam, yakni motif batik dengan warna-warna lembut seperti hijau, coklat dan marun. Bagi bocah-bocah, warna mencolok seperti merah dan kuning lebih disukai."Kalau jual celana di sini kurang laku. Lebih laku sarung," seloroh seorang warga.Konon budaya sarungan tidak terlepas dari pengaruh kuat agama Islam di masyarakat Madura. Di desa Banjar Talela sendiri, ada sekitar 4 pesantren tradisional yang santri-santrinya berasal dari luar Madura.
(bal/ana)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini