New Delhi -
Pertikaian China dan India kian memanas usai 20 tentara India tewas dalam bentrok. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang dilaporkan dimutilasi. Perdana Menteri India Narendra Modi pun bereaksi.
Seperti dilansir India Today, Sabtu (20/6/2020), beberapa jenazah tentara India, dari 20 tentara yang tewas dalam bentrokan itu, dilaporkan ada yang dimutilasi. Laporan ini belum mendapat konfirmasi resmi dari otoritas maupun militer India.
Namun pada Kamis (18/6) waktu setempat, beredar sebuah foto yang menunjukkan senjata yang dipakai dalam bentrokan tentara India dan China. Foto tersebut menampilkan tongkat pemukul yang dipasangi paku tajam dan kawat berduri di sekelilingnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Media Inggris, BBC, memperoleh foto itu dari seorang perwira senior militer India di perbatasan India-China, yang mengatakan senjata itu digunakan oleh tentara China.
Analis pertahanan, Ajai Shukla, yang pertama kali mencuitkan gambar tersebut, menyebut penggunaan senjata itu menandakan perilaku "barbar".
Menangggapi insiden ini, seperti dilansir AFP, Sabtu (20/6), PM Modi menggelar rapat langka dengan para pemimpin partai oposisi untuk membahas krisis ini. Rapat digelar setelah China membebaskan 10 tentara India, termasuk dua yang berpangkat Mayor.
Seruan boikot produk China menggema di India. Tentara-tentara yang tewas dimakamkan dalam seremoni yang menarik perhatian besar dari publik setempat.
"Seluruh negara terluka dan marah pada langkah-langkah yang diambil China," ucap PM Modi dalam pernyataannya.
PM Modi membantah bahwa tentara China sempat masuk 'ke dalam wilayah kita' dan bersikeras bahwa 'penegakan kedaulatan adalah yang terpenting' bagi pemerintahannya. Oleh karena itu, sebut PM Modi, militer India kini diberi kebebasan untuk merespons setiap kekerasan yang terjadi di perbatasan.
"Angkatan bersenjata telah diberi kebebasan untuk mengambil seluruh langkah yang diperlukan," tegasnya.
Diketahui bahwa bentrokan antara tentara India dan China tidak melibatkan senjata api. Ketiadaan senjata api ini bermula pada kesepakatan 1996 antara kedua pihak, yang setuju bahwa senjata api dan peledak dilarang di sepanjang perbatasan di Lembah Galwan agar ketegangan tidak bereskalasi.
BBC juga melaporkan bahwa 10 tentara India dibebaskan oleh China usai bentrok ini. Menurut Shiv Aroor, editor senior di harian India Today, pembebasan tentara India memunculkan sejumlah poin kunci dalam perundingan kedua pihak pada Rabu (17/06).
Laporan soal pembebasan 10 tentara India ini muncul setelah beredar foto senjata yang digunakan dalam bentrokan itu.
Para serdadu kedua negara sempat terlibat baku hantam di kawasan yang disengketakan ini, sejak Mei lalu. Namun, kematian sejumlah tentara akibat bentrokan pada Senin (15/06) adalah korban tewas pertama dalam setidaknya 45 tahun terakhir.
Laporan-laporan media India yang belum dikonfirmasi menyebutkan sedikitnya 40 serdadu China tewas, namun China belum merilis informasi mengenai jumlah korban.
Sementara itu, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, menuding militer India telah dua kali melintasi perbatasan, "memprovokasi dan menyerang personel China, menyebabkan konfrontasi fisik yang serius antara pasukan perbatasan di kedua pihak", sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
China mengklaim "kedaulatan di kawasan Lembah Galwan", klaim yang disebut India sebagai "berlebihan dan tidak bisa dipertahankan".
Dia mengatakan bentrokan itu terjadi ketika ketegangan kedua pihak mereda setelah India menghancurkan infrastruktur yang dibangunnya di sisi wilayah China dari LAC pada Mei lalu dan sekaligus menarik personelnya, menyusul kesepakatan antara perwira China dan India.
Tetapi pada 15 Juni pasukan India "sekali lagi melewati LAC untuk melakukan provokasi yang disengaja ketika situasi di Lembah Galwan sudah mereda", kata Zhao.
"Pasukan garis depan India bahkan dengan kejam menyerang para perwira dan prajurit China yang pergi ke sana untuk melakukan negosiasi, sehingga memicu konflik fisik yang sengit dan menyebabkan korban," katanya.
Dia juga mengutarakan India membangun "jalan, jembatan dan fasilitas lainnya" di LAC di Lembah Galwan sejak April.
Zhao juga menegaskan, bahwa China "tidak menahan seorang pun personel India." Media India melaporkan bahwa seorang letnan kolonel dan tiga mayor termasuk tentara yang ditahan oleh China.
Pemerintah India hanya mengatakan tidak ada tentara mereka yang hilang. Berita yang bertolak belakang ini merupakan rangkaian terakhir dari kebingungan atas apa yang sebenarnya terjadi di Lembah Galwan di perbatasan pada Senin (15/06) lalu.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini