Senjata baru ini akan digunakan oleh polisi di wilayah Haryana, yang dekat dengan ibukota New Delhi dalam waktu dekat. Merasa tidak puas dengan meriam air, gas air mata dan tongkat kayu tradisional atau yang disebut lathis, kepolisian Haryana akan menjadikan ketapel sebagai senjata tidak mematikan untuk mengendalikan massa anarkis.
"Ditambah itu (ketapel bubuk cabai) lebih baik daripada menembakkan peluru karet yang bisa memicu luka-luka cukup parah," tutur Inspektur Jenderal Polisi Anil Kumar Rao dari kepolisian distrik Hisar kepada AFP, Rabu (10/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penggunaan ketapel buatan asli India ini merupakan yang terbaru dalam rangkaian langkah inkonvensional yang diadopsi aparat penegak hukum di India, yang setiap hari menghadapi unjuk rasa berbagai isu. Beberapa unjuk rasa terkadang meluas di luar kendali.
Pada April tahun lalu, kepolisian kota Lucknow menyatakan pihaknya mencoba penggunaan drone yang menyemprotkan merica demi mengendalikan massa anarkis.
Para pengkritik menyebut kelereng bisa memicu luka serius, tapi Rao menyatakan, kelereng baru akan digunakan jika bubuk cabai yang dimasukjan ke dalam kemasan bundar, gagal menghalau massa.
"Dan ini bukan seperti kami berniat menggunakan kelereng pada demonstran damai, hanya digunakan untuk orang-orang yang tidak bisa dikendalikan. Kami harus mengambil langkah khusus ketika orang-orang membakar properti pemerintah, mobil-mobil. Ini langkah yang sangat positif -- senjata yang hemat biaya dan beradab," ucapnya, sembari menyatakan personel kepolisian wilayahnya mulai belajar menggunakan senjata ketapel bubuk cabai ini.
(nvc/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini