Penjara mengubah Tarkhan menjadi Omar yang militan. "Aku bersumpah kepada Allah, jika aku keluar dari penjara hidup-hidup, aku akan berjihad di jalan Allah," kataΒ Tarkhan alias Omar, beberapa tahun lalu. Dia bergabung dengan kelompok militan Chechnya dan berangkat berperang ke Suriah. Diduga ada ribuan militan Chechnya yang bergabung dengan ISIS.
Omar memang sudah kenal lama kelompok Chechnya saat masih aktif di dinas intelijen militer. Bahkan konon, Omar membantu militan Chechnya berperang melawan tentara Rusia. Dalam tubuh Omar memang mengalir darah Chechnya dari ibunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di satu video yang diunggah ke internet, militan ISIS lain juga menyatakan perang dengan Kremlin. "Vladimir Putin, ini adalah pesawat-pesawat yang kamu kirim ke Bashar al-Assad," kata militan ISIS itu dari hanggar militer di kota Taqba, Suriah, seperti dikutip DailyBeast, setahun lalu. "Atas kehendak Allah, kami merebutnya....Kami akan datang dan membebaskan Chechnya."
Dendam Chechnya kepada Rusia memang sudah berurat dan berkarat. Permusuhan penduduk Chechnya dengan Rusia bisa ditelusuri hingga Perang Rusia-Persia pada awal abad ke-18. Ketika Chechnya, Dagestan, dan Ingushetia, mendeklarasikan kemerdekaan, pada Desember 1917, Tentara Beruang Merah meruntuhkan negara yang masih belia itu.
Di bawah kekuasaan Uni Soviet, Chechnya menjadi "anak tiri". Bukan cuma diperlakukan buruk, mereka juga selalu dicurigai. Perang terbuka antara warga Chechnya yang mayoritas muslim dengan tentara Beruang Merah kembali pecah pada 1991 setelah wilayah itu menyatakan memerdekakan diri dari Rusia.
Pesawat Airbus A321-231 milik maskapai Rusia, Kogalymavia, baru setengah jam mengudara dari Bandara Sharm el-Sheikh, Mesir, menuju St. Petersburg, Rusia, pada 31 Oktober lalu, saat tiba-tiba hilang dari radar. Belum terang bagaimana pesawat yang mengangkut 224 orang itu hancur berkeping-keping di wilayah Sinai.
Ansar Bayt al-Maqdis mengklaim menembak jatuh pesawat Kogalymavia itu. "Militan ISIS mampu menembak jatuh pesawat Rusia yang mengangkut lebih dari 220 orang di atas Sinai. Mereka semua tewas," Wilayat Sinai, faksi Ansar Bayt di Sinai, menulis pernyataan, seperti dikutip Guardian. Tiga tahun lalu, Ansar Bayt menyatakan diri tunduk kepada pemimpin ISIS.
Alexei Smirnof, Wakil Direktur Aviasi Kogalymavia, yakin tak ada masalah dengan pesawat maupun pilotnya. "Kami yakin bisa menyingkirkan kemungkinan masalah teknis atau kesalahan pilot," kata Smirnof, kepada New York Times. Dia menduga ada "benturan dari luar" yang menyebabkan pesawatnya jatuh.
Teori serangan teroris itu disanggah pemerintah Mesir. Mohamed Samir, juru bicara militer Mesir, tak percaya Wilayat Sinai mampu menembak pesawat yang terbang di ketinggian 10 ribu kaki. "Mereka bisa saja membuat pernyataan apapun...Tapi tak ada bukti sama sekali bahwa kelompok teroris lah yang bertanggungjawab atas jatuhnya pesawat itu," kata Samir.
Benar faksi Ansar Bayt atau bukan yang menjatuhkan pesawat Kogalymavia, ISIS punya banyak "soal" yang harus diselesaikan dengan Rusia. Mereka belum lupa luka lama di Chechnya, dan sekarang, luka itu kembali terbuka setelah Kremlin mengirimkan pesawat dan tentaranya membantu Presiden Suriah Bashar al-Assad melawan ISIS.
(sap/rvk)