Selama ini, Inggris telah menjadi bagian dari koalisi yang dipimpin Amerika Serikat dalam melawan ISIS. Inggris bertugas melakukan serangan udara terhadap posisi-posisi ISIS di Irak dan menerbangkan drone ke wilayah Suriah untuk mengumpulkan data intelijen dari militan setempat.
Namun tidak seperti mitra koalisi AS lainnya, Inggris tidak melakukan serangan udara langsung terhadap ISIS di Suriah. Demikian seperti dilansir Reuters, Kamis (2/7/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Rabu (1/7) waktu setempat, juru bicara PM Cameron menuturkan, pemerintah Inggris tengah mempertimbangkan kembali strategi keseluruhan di Suriah, terutama dalam menghadapi ISIS. Pembahasan ini berbeda karena melibatkan ISIS yang mengklaim bertanggung jawab atas penembakan brutal di Tunisia yang merenggut 30 nyawa warga Inggris.
"Banyak hal yang terjadi sejak serangan senjata kimia. Maka dari itu, Perdana Menteri sangat jelas menyatakan bahwa kita harus berpikir soal: 'Apakah kita sudah melakukan tindakan yang cukup dan di area yang benar untuk menangkal ISIL (ISIS)?'" ucapnya.
Menurut juru bicara ini, pemerintah Inggris tengah mempertimbangkan apakah perlu negara ini melakukan tindakan lebih dalam pertempuran melawan ISIS. "Baik di lapangan di Irak dan mendukung mitra kami di Suriah," ungkapnya.
PM Cameron sendiri berulang kali menyatakan sangat ingin meminta persetujuan parlemen agar bisa melakukan serangan udara di wilayah Suriah. Secara terpisah, Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon mendorong anggota parlemen untuk mempertimbangkan kembali isu serangan udara di Suriah. (nvc/ita)