Mereka yaitu Raharudin, Nur Afidah dan Harianto dapat mengalahkan seluruh siswa SMP se-Indonesia.
"Kami belajar selama 7 bulan dari membuat pola hingga menjahitnya," kata Nur Afidah saat berbincang dengan detikcom di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Sabah, Malaysia, Sabtu (28/7/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pernah sampai pukul 03.00 WIB belajar menjahitnya," kisah Afidah.
Sementara itu, Kepsek SIKK, Dadang Hermawan mengatakan, meski masih SMP namun siswa sudah diajari keterampilan karena umumnya anak-anak TKI selepas SMP jarang yang meneruskan pendidikan. Oleh karenanya pihak sekolah menyiapkan keterampilan agar anak-anak tersebut bisa mandiri usai SMP.
"Kalau bisa menjahit di sini nilainya tinggi. Bisa mandirilah kalau untuk usaha. Selain menjahit kami akan merintis keterampilan tata boga dan memotong rambut. Dua hal ini juga bisa menjadi nilai lebih apabila tidak meneruskan ke SMA," kisah Dadang.
Saat ini SIKK menempati ruko 3 lantai yang berhimpitan dengan toko lainnya. Alhasil banyak penghuni ruko lainnya sering mengeluh. Apalagi aturan pemerintah Malaysia ketat, tidak membolehkan ruko untuk pendidikan.
"Kami sering dikomplain, tapi bagaimana lagi," ujar Dadang.
Saat ini tengah dibangun gedung baru sekolah Indonesia untuk tingkat SD, SMP dan SMA di Sepanggar, Melawa, Kinabalu dengan luas 1,65 hektar. Rencananya sekolah ini menjadi sekolah Indonesia terbesar di luar negeri dengan dana pembangunan sekitar Rp 25 miliar.
"Sewa tanahnya 99 tahun dan dapat diperpanjang lagi. Rencananya bulan Maret 2013 bisa dipakai," kata Dadang.
(asp/nik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini