PP Pemuda Muhammadiyah: Program Deradikalisasi Mengalami Kekaburan Konsep

PP Pemuda Muhammadiyah: Program Deradikalisasi Mengalami Kekaburan Konsep

Ray Jordan - detikNews
Selasa, 15 Nov 2016 04:52 WIB
Dahnil Anzar Simanjuntak (Foto: Ari Saputra)
Jakarta - Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, program deradikalisasi yang selama ini dijalankan di Indonesia dianggap tidak efektif. Bahkan Dahnil menyebut program tersebut gagal, mengingat masih adanya aksi teror di tengah masyarakat.

Dahnil mengatakan, ada dua penyebab gagalnya program tersebut. Pertama, program deradikalisasi itu mengalami 'kekaburan konsep'. Menurutnya, model program tersebut tidak komprehensif, karena upaya menangkal radikalisasi mulai dari hulu sampai hilir tidak dilakukan dengan serius.

"Konsep programnya selama ini tidak jelas, bahkan mendefenisikan kelompok radikal saja bisa mengalami kekaburan. Modalnya sekedar melakukan stereotype kepada kelompok tertentu dengan ciri-ciri tampilan fisik dan lan-lain. Model program yang tidak komprehensif menangkal radikalisasi mulai dari Hulu sampai hilir tidak dilakukan dengan serius," kata Dahnil kepada detikcom, Senin (14/11/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, lanjut Dahnil, program deradikalisasi tersebut masih project oriented. "Ini khas perilaku birokrasi. Program deradikalisasi seringkali sebagian besar tidak memiliki kesinambungan, terkesan jangka pendek, karena terkait dengan anggaran project. Sehingga yang terjadi, ceramah dan diskusi di hotel dan lain-lain sekedar formalitas tanpa makna," jelas pria yang juga menjabat anggota Tim Evaluasi Penanganan Terorisme Komnas HAM ini.

Untuk itu, lanjut Dahnil, diperlukan program deradikalisasi yang didesain untuk jangka panjang. Program ini juga harus melibatkan lembaga negara lintas sektoral dan komunitas sosial keagamaan.

"Program ini harus dirancang komprehensif mulai mengatasi masalah hulu, misalnya kesenjangan ekonomi, ketidakadilan, ideologi radikal, dan juga potensi state terorism yang bahkan ini sering sulit diakui. Kemudian mengatasi masalah hilir, seperti mereka yang terlibat dengan kelompok teror yang sudah dihukum, diawasi dan dibina, dikembalikan kepada masyarakat dan melibatkan masyarakat agar ikut membina. Sehingga mereka merasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat itu sendiri," jelas Dahnil. (jor/bis)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads