"Memang itu bagian dari demokrasi. Namun sebaiknya jangan demo lagi karena biayanya tinggi," kata Syafii, ketika berbincang dengan detikcom, Rabu (9/11/2016).
Saat ini, menurut pria yang akrab dipanggil Buya ini, yang terpenting membiarkan proses hukum dalam kasus pelaporan Ahok berjalan. Ahok juga sudah diperiksa polisi atas kasus tersebut. "Proses hukum biar berjalan, apapun hasilnya kita hormati," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Walaupun saya dihujat karena melawan arus, saya santai saja. Anggap enteng dan mengalir saja," ujar Syafii.
Syafii tidak mau asal ikut-ikutan dalam bersikap. Dia memiliki alasan yang jelas mengapa Ahok dinilainya tidak bersalah. "Karena itu saya tidak mau jadi 'Pak Turut' yang artinya ikut apa kata orang. (Kalau hanya jadi Pak Turut) Sia-sia saja hidup ini," kata pria kelahiran Minangkabau 81 tahun lalu ini.
Syafii juga mengkritik Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengeluarkan fatwa terkait kontroversi pernyataan Ahok. Semestinya sebagai lembaga yang kredibel, MUI harus mempertimbangkan fatwa-fatwa demi menjaga keutuhan bangsa. Meski demikian, dia meminta perbedaan pendapat dirinya dengan MUI jangan terlalu dipermasalahkan.
"Ya nggak apa-apa (perbedaan pendapat) kan ada kutub utara dan kutub selatan, biasa itu. Kita saling melengkapi," ucap Syafii. (nwy/iy)