Psikolog Sosial Universitas Airlangga Ahmad Chusairi mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan praktik seperti ini banyak diburu oleh masyarakat Indonesia, salah satunya tergiur dengan iming-iming kaya dalam waktu singkat.
"Di Indonesia banyak yang seperti itu. Faktor penyebabnya banyak hal. Misalnya kenapa bisa menggandakan uang atau bisa menambah keuntungan dalam waktu singkat," kata Chusairi saat berbincang dengan detikcom, Selasa (27/9/2016) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, masyarakat Indonesia juga masih banyak yang berpedoman kepada nilai-nilai tradisional yang berbau mistik.
"Masyarakat kita masih banyak yang berfikir irasional, ingin instan. Harusnya kan dalam era seperti ini harus rasional. Dan juga karena masyarakat kita masih berdasara pada nilai-nilai tradisional, seperti hal-hal yang berbau mistik," katanya.
Chusairi juga menilai, masyarakat Indonesia banyak yang merasa siapa yang memiliki kelebihan, pantas dijadikan pemimpin. Meskipun kelebihan itu belum teruji kebenarannya.
"Masyarakat kita itu kolektif dan selalu merasa ada seseorang yang memiliki kelebihan, maka disebut sebagai pemimpin. Salah satu kelebihannya bisa memiliki ilmu atau akal lebih banyak, atau berwibawa, keturunan bangsawan," katanya.
"Jadi, itu kenapa masyarakat kita masih mempercayai bahkan menjadi pengikut bagi hal-hal yang bersifat tidak masuk akal tersebut. Hal seperti ini banyak terjadi di daerah, bahkan ada juga di wilayah pusat kota meskipun fenomena ini mulai termarjinalkan, dan menyasar orang yang kelas sosial menengah ke bawah. Jadi kalau masih ada pejabat dan orang pintar yang kena, itu karena kultur yang ada di masyarakat," tambahnya.
Chusairi menilai, fenomena ini juga dikarenakan tingkat kemajuan dan pendidikan masyarakat yang masih belum merata. "Tingkat kemajuan masyarakat kita tidak merata, jadi hal seperti ini banyak terjadi. Bahkan, kemungkinan fenomena seperti ini masih terus terjadi," katanya. (jor/fiq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini