"Kita sudah membaca buku itu, buku itu penuh dengan tuduhan tidak berdasar. Dan buku itu justru tidak toleran, kalau kami disebut kelompok fundamentalis, kenapa kebebasan hanya milik mereka," kata juru bicara HTI Ismail Yusanto saat dihubungi melalui telepon, Jumat (22/5/2009).
Dalam buku itu, HTI dimasukkan dalam gerakan Islam transnasional yang tergolong garis keras. Selain HTI, buku itu juga memasukkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam gerakan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mulai dari makanan sampai ideologi sosialisme, liberalisme, kapitalisme, dan lainnya. Itu juga berasal dari luar," tambahnya.
Dia juga menyayangkan kata infiltrasi dalam buku itu yang dituturkan dilakukan HTI ke dalam tubuh Muhammadiyah.
"Infiltarsi, mengadung arti buruk, itu juga tidak beralasan. Saya diminta jadi anggota MUI pusat, rekan yang lain ada yang jadi dosen di tempat pendidikan Muhammadiyah, itu profesional, tidak ada infiltrasi," jelasnya.
Untuk itu, pihaknya akan meminta penjelasan kepada pihak Wahid Institute dan Maarif Institute. "Kami akan datang baik-baik, menanyakan soal penulisan. Kita hanya meminta penjelasan," tutupnya.
Buku Ilusi Negara Islam diterbitkan oleh Wahid Institute dan Maarif Institute. Buku yang diluncurkan 16 Mei 2009 ini mengupas soal masuknya gerakan Islam baru antara lain PKS dan HTI.
(ndr/iy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini