Di banyak supermarket di Berlin, Jerman, misalnya, terutama toko-toko yang menjual berbagai bumbu khas Asia, sambal-sambal Indonesia buatan Belanda mudah ditemui. Letaknya pun bersebelahan dengan sambal-sambal asli Indonesi produksi sebuah perusahaan makanan nasional.
Saat berbelanja di sebuah toko Asia di kawasan Wedding, Berlin, Kamis (29/1/2009) mata saya tertuju pada sederetan toples seukuran toples selai. Nama-nama sambal khas Indonesia tertulis di situ. Sambal Badjak, Sambal Oelek, Sambal Trassi. Tapi kok pakai ejaan Indonesia tempo doeloe ya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan salah Belanda kalau bumbu khas Indonesia ini menjadi merek dagang mereka. Karena di dalam negeri, sambal-sambal ini memang tidak ada hak patennya. Sambal dan kecap Belanda ini juga menyusul tempe yang sudah diproduksi sendiri oleh Jerman.
Minimnya kesadaran atas hak akan kekayaan intelektual (Haki), harus menjadi kepedulian bersama. Kalau tidak akan lebih banyak lagi produk budaya nasional yang akan diklaim atau diproduksi oleh bangsa lain. (fay/rdf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini