Solo - Ustad Mustaqiem, pimpinan Pesantren Darusy Syahadah, di Gunungmadu, Boyololi, mengakui bahwa Salik Firdaus yang disebut-sebut mirip dengan pelaku bom Bali II adalah bekas santri di pesantrennya. Mustaqiem mengatakan, Salik tidak menamatkan pendidikan sebagai kader mualimin di pesantrennya.Seperti diketahui saat ini nama Salik mengemuka setelah para tetangganya di Desa Cidulang, Ciikijing, Majalengka, merasa mengenali salah satu foto pelaku bom bunuh diri di Bali 1 Oktober lalu sebagai foto Salik. Apalagi semenjak peristiwa tersebut terjadi pemuda berumur 23 tahun itu juga tidak pernah menampakkan diri.Dari berbagai informasi diketahui bahwa beberapa waktu sebelum terjadi peledakan di Bali, ayah satu anak berumur satu tahun yang biasa berdagang pakaian di Pasar Cikijing tersebut pamit kepada keluarganya akan berdagang ke Boyolali. Keluarganya tidak menaruh curiga apa pun, apalagi Salik diketahui pernah nyantri di Pesantren Darusy Syahadah, Boyolali.Riwayat pendidikan yang ditempuh Salik memang menunjukkan bahwa bungsu enam bersaudara anak Haji Udin ini dididik dengan pendidikan agama yang kuat. Setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) Cikijing, dia masuk Madrasah 'Aliyah (MA) di kota yang sama. Dia lalu memperdalam pengetahuan agamanya di Pesantren Darusy Syahadah di Boyolali. Selanjutnya dia mengajar di Ma'had Al-Muttaqin di Cirebon dan Assalam di Majalengka. Namun terakhir dia memilih menekuni pekerjaan sebagai pedagang pakaian di Pasar Cikijing daripada mengajar di pesantren.Pimpinan Darusy Syahadah, Mustaqiem mengakui Salik pernah
nyantri di pesantrennya. Dia masuk Kuliyyatul Mu'alimin Al-Islamiyah (KMI) atau pendidikan kader mu'alim, namun hanya dua tahun bertahan lalu pamit meninggalkan pesantren."Dia pamit akan pulang ke Jawa Barat, saat itu alasannya karena urusan keluarga. Dia pamit dengan baik-baik kepada saya, para pengajar lain di pesantren maupun kepada teman-teman santrinya. Tidak ada persoalan apa-apa," papar Mustaqiem kepada
detikcom, Selasa (1/11/2005).Selama nyantri, kenang Mustaqiem, Salik dinilainya sebagai santri yang baik dan tidak pernah membuat catatan buruk di pesantren. Setelah pamit itu, menurut pengakuan Mustaqiem, Salik memang belum sekalipun datang lagi ke pesantren. Namun dari cerita beberapa temannya, Mustaqiem mengetahui bekas santrinya itu telah berkeluarga dan menetap di kampung halamannya."Saya tidak ingat persisnya kapan Salik tercatat masuk sebagai santri hingga pamit itu. Untuk mengetahuinya harus dilihat di buku induk santri. Kebetulan ini saya sedang di luar pesantren sehingga saya khawatir memberikan informasi salah kalau menyebut angka tahun. Yang pasti saya ingat adalah Salik pernah menjadi santri di pesantren kami," ujar Mustaqiem memberi penegasan.Mustaqiem enggan memberikan komentar tentang informasi bahwa bekas santrinya diduga sebagai salah satu pelaku bom bunuh diri Bali. "Saya tidak memiliki informasi lebih jauh tentang hal ini dan sepengetahuan saya dia (Salik) anak baik," ujar ustad muda lulusan Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, tersebut.
(nrl/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini