Menteri Kesehatan: Belum Ditemukan Kasus Zika di Indonesia

Menteri Kesehatan: Belum Ditemukan Kasus Zika di Indonesia

Jurig Lembur - detikNews
Rabu, 31 Agu 2016 22:29 WIB
Menkes Nila Moeloek (Foto: Ajeng Annastasia/detikcom)
Jakarta - Kasus zika muncul di Singapura dan mengalami peningkatan hingga ada 82 kasus. Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan hingga saat ini belum ada kasus zika yang ditemukan di Indonesia.

"Belum ada," ucap Menkes Nila Moeloek di sela rapat di Komisi IX Gedung DPR, Jakarta, Rabu (31/8/2016).

Nila sekaligus mengoreksi pernyatannya yang lalu soal adanya kasus zika yang menjangkit satu Suku Anak Dalam di Jambi merujuk pada penelitian Laboratorium Eijkman. Menurutnya, penelitian Eijkman bukan menemukan kasus orang terjangkit, tapi meneliti dan didapati di laboratorium.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu bukan menemukan, tapi dalam penelitian dan dilakukan pemeriksaan karena mirip dengue (demam berdarah), pada waktu sekuensinya saat itu terlihat zika di lab, tahunnya sudah lama 2004," ujarnya.

"Pemeriksaan laboratorium penting karena kita ingin lihat dari hasil lab, karena kadang menemukannya di sana. Sebagian dari gejala zika sering muncul tidak menunjukkan gejala, tapi laboratoriumnya positif," imbuh Nila.

Sementara Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Subuh, menambahkan bahwa pihaknya belum ada laporan masuk dari daerah soal adanya kasus zika di daerah. Begitu juga tidak ada WNI yang terjangkit zika di Singapura.

"Sampai saat ini di Indonesia belum dilaporkan atau ditemukan adanya kasus positif zika pada manusia. Tapi kalau pada nyamuk kita belum periksa, nyamuk kan banyak," ujar Subuh.

"Kami sudah hubungi otoritas kesehatan di Singapura, begitu juga dengan KBRI. Jadi sampai saat ini belum ada WNI dari 82 kasus yang dilaporkan ke kita," imbuhnya.

Dia menyebut WHO telah menetapkan Indonesia sebagai kategori kedua yaitu 'country with possible endemic transition'. Hal itu karena banyaknya aedes aegypti yang terbukti membawa penyakit di Indonesia.

Saat ditanya kegawatan zika dengan DBD, Subuh menyebut sebetulnya DBD lebih berbahaya. "Kita bukan ngomong bahaya tidak, kalau sudah penyakit apalagi virus sama-sama bahaya," tuturnya.

"Tapi dari tingkat kegawatdaruratannya, lebih berbahaya demam berdarah karena DBD terjadi lisis pada pembuluh darah sehingga terjadi pendaraham. Kemungkinan gejala yang dimunculkan DBD jauh lebih berat dibandingkan zika," imbuh Subuh.

"Tapi artinya bukan membiarkan, tidak. Dari sejak awal adanya kasus ini kita sudah siap sedia lakukan upaya pencegahan. Kita tidak pernah remehkan zika," tamnahnya lagi.

Untuk mencegah zika, Subuh menyarankan agar masyarakat tetap membiasakan '3M'. Membersihkan membersihkan tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, manfaatkan barang bekas yang mungkin menampung air.

"Intinya kita jaga linkungan kita terutama terhadap kemungkinan wadah-wadah penampung air. Siklus hidup nyamuk itu sektiar 8-10 hari, makanya dari Jumat ke Jumat kita adakan 'Jumat Bersih'. Saat jentik nyamuk jadi hari ke-9, hari ke-8 sudah kita bersihkan," imbau Subuh.

(Baca juga: Kasus Zika di Singapura Meningkat, Menkes Terbitkan Travel Advisory)


(miq/dnu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads