Hal itu mengemuka setelah Dedi membuka acara Konser Puisi Purwakarta 'Aum Siliwangi' dalam rangka hari jadi Purwakarta ke 185 tahun atau Kabupaten Purwakarta ke 48 tahun.
"Tahun ini kita canangkan sebagai tahun sastra. Nantinya dinas atau lembaga itu membuat surat menggunakan nuansa sastra dan berestetika," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nantinya surat itu tidak lagi normatif dan kaku. Tapi ada unsur sastra sehingga orang membaca, tidak sekedar melihat itu surat," jelas pria yang akrab disapa Kang Dedi itu.
Dedi berharap dengan pola non formal seperti itu structural di pemerintahan tidak akan kaku dan terus menerus mengikuti pola protokoler. "Ini agar terlihat lebih humanis, menyentuh, dan juga memiliki nilai estetika. Postur birokrasi tidak lagi menjadi postur robot yang tanpa kreasi," katanya.
Lebih lanjut Dedi mengatakan, pidato Bung Karno dianggapnya sebagai karya sastra bercita rasa tinggi sehingga selalu dikagumi dan disukai oleh masyarakat mau pun pemerintahan pada jamannya.
Sementara di era saat ini para pegawai khususnya di pemerintahan selalu dididik secara formal dan cenderung tidak diberi kebebasan berekspresi. Padahal menurutnya sesuatu yang tidak dibarengi dengan nilai-nilai estetika dianggap jauh dari tuhan.
"Sastra itu ada yang ditulis, ada yang digambar. Bahkan matematikan pun termasuk sastra, semua pelajaran adalah sastra. Semua karya sastra bisa mempengaruhi peradaban manusia," pungkas Dedi. (trw/trw)