"Tidak bisa memakai senjata untuk mengubah pikiran. Pikiran itu harus diubah cara berpikir yang baru. Karena itu Indonesia mempunyai suatu program deradikalisasi. Karena senjata sulit menyelesaikan ini. Bisa dikurangi tapi tidak bisa menyelesaikan," ujar JK berbicara dalam International Meeting on Counter Terrorism (IMCT) and 2nd Counter Terrorism Financing Summit di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/8/2016).
JK menjelaskan pola dan tujuan terorisme saat ini sudah berbeda. Di sejumlah negara Timur Tengah, aksi teror dilakukan sebagai bentuk pemahaman yang salah sehingga timbul pemberontakan. Namun di negara-negara barat, teror merupakan wujud pembalasan terhadap invasi yang dilakukan negara target teror terhadap negara di Timur Tengah seperti Suriah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu kita bersatu di sini untuk mengatasi (terorisme) itu. Tapi kita bukan hanya melihat apa yang terjadi, di mana terjadi. Kita harus melihat kenapa itu terjadi?" imbuhnya.
Penanggulangan terorisme harus dilakukan secara menyeluruh sebab aksi teror memilik dampak yang sangat merusak. JK menyebutkan rentetan peristiwa teror seperti bom Bali, bom Jakarta serta teror terakhir di Mapolresta Solo.
"Kita harus mengatasi inti (terorisme), root of the problem," sebutnya.
Negara-negara yang berpartisipasi dalam pertemuan internasional ini diajak bertukar pandangan dan berbagi informasi mengenai pola penanggulangan terorisme.
"Kita bersatu di sini untuk mengatasi masalah yang tak hanya menimbulkan kerugian jiwa, ekonomi, tetapi juga image," ujarnya.
JK menekankan, perdamaian di dunia dapat terwujud bila ada toleransi antar negara-negara. Setiap negara saling membantu negara lainnya agar tercipta keadilan.
"Karena itu kita di sini untuk dunia yang damai, dunia menyenangkan, dunia yang saling menghargai. (Dengan itu) rasa kemarahan, sentimen, rasa putus asa generasi muda di banyak negara akan bisa diatasi," tutur JK. (fdn/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini