Geliat Desa Makmur Peduli Api, Kawasan Terdepan Pencegahan Kebakaran Lahan

Geliat Desa Makmur Peduli Api, Kawasan Terdepan Pencegahan Kebakaran Lahan

Chaidir Anwar Tanjung - detikNews
Rabu, 20 Jul 2016 14:47 WIB
Suasana desa di Sungai Mandau, Kabupaten Siak, Riau, Senin 18 Juli 2016 (Foto: Chaidir Anwar T/detikcom)
Siak - Sinar Mas Group lewat perusahaan Asian Pulp and Paper (APP) membuat program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) di sekitar konsesinya di seluruh Indonesia. Program ini dikembangkan demi mencegah kebakaran lahan yang selalu muncul setiap musim kemarau.

Tak tanggung-tanggung, perusahaan raksasa bidang pulp and kertas terbesar di Asia Tenggara ini, menggelontorkan dana 10 juta US untuk membina masyarakat desa. Program ini mencakupi wilayah konsesi, baik di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

"Program kita ada 500 desa di seluruh wilayah konsesi kita. Program ini akan berjalan hingga tahun 2020. Desa yang masuk dalam program ini tentunya yang rawan akan terjadinya kebakaran lahan," kata Kepala Divisi Sosial dan Keamanan APP Sinar Mas Agung Wiyono kepada detikcom, Rabu (20/7/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kriteria desa yang masuk dalam program DMPA, termasuk di antaranya akan rawan terjadi ilegal logging. Desa-desa tersebut akan dilakukan kerjasama melalui perangkat desa atau kelompok tani.

Pihak perusahaan memfasilitasi dana sesuai dengan kebutuhan desa setempat. Bila masyarakat ingin membuka lahan untuk pertanian di luar perkebunan sawit, perusahaan akan membantu.

"Dana akan digelontorkan ke masyarakat, misalnya mau buka lahan untuk perladangan sayuran. Kita berikan dana sesuai kebutuhan kelompok tani. Dana ini bergulir namun tanpa bunga. Artinya mereka kita salurkan ke sektor pertanian yang tanpa harus membuka lahan dengan cara membakar," kata Agung.

Untuk wilayah Riau, program DMBA ini misalnya di Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak. Masyarakat di sini diberikan pelatihan program tanaman sayuran atau persawahan. Sebab, di kecamatan itu banyak masyarakat yang bercocok tani padi karena lahannya sudah dipersiapkan Pemda Siak.

Namun kadang, masyarakat desa butuh modal untuk pembelian pupuk untuk perladangan sawah yang setahun dua kali panen. Panen padi biasanya berjalan kurun waktu per tiga bulan sekali. Dua kali panen, artinya ada 6 bulan waktu dalam setahun.

"Ada masa jeda di persawahan itu. Di sini kita mencoba memfasilitasi setelah panen lahan persawahan sebaiknya ditanami jagung. Warga jangan membuka lahan lagi dengan cara membakar. Tapi memanfaatkan lahan yang ada untuk diperdayakan, nanti kita modali untuk beli bibit atau pupuknya," tambah Humas Sinar Mas Forestry, Nurul Huda.

Foto: Chaidir AT/detikcom

Sinar Mas Forestry merupakan anak usaha APP yang bergerak bidang Hutan Tanaman Industri terbesar di Riau. Menurut Nurul, pihaknya menyediakan bantuan pupuk untuk petani padi. Permodalan ini diberikan untuk membantu perekonomian masyarakat setempat agar tidak lagi melakukan pembakaran lahan dalam membuka perladangan.

Pemberdayaan ini, kata Nurul, demi mencegah terjadinya kebakaran lahan yang sudah belasan tahun terjadi di Riau. Program desa makmur bebas api, artinya, masyarakat desa bisa makmur tanpa harus membuka ladang dengan cara membakar.

"Inilah peran kita memberikan pengertian kepada masyarakat di sekitar kita. Manfaatkan lahan yang ada untuk sektor pertanian untuk meningkatkan ekonomi, tanpa harus mereka berusaha membuka lahan baru dengan cara membakar dan selalu berpindah-pindah," kata Nurul.

Ada 230 desa yang masuk dalam kategori dalam program DMPA di Riau. Sinar Mas menargetkan desa 35 desa tergarap dalam tahun ini.

Selain melakukan kerjasama dengan masyarakat desa, pihak perusahaan sendiri untuk mencegah kebakaran lahan juga membangun 75 tower pemantau api di seluruh wilayah konsesi. Ini ditambah lagi, sejumlah peralatan pendukung seperti 64 truk dan 76 water tangki. Ditambah lagi satu heli Superpuma di Riau yang selama ini membantu tim Satgas Pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

Salah seorang ketua kelompok tani, di Kecamatan Sungai Mandau, Baharudin (50) mengatakan, bahwa pihaknya pada Oktober 2015 lalu melakukan kerjasama dengan pihak Sinar Mas. Pihak perusahaan meminjamkan permodalan sekitar 219 juta untuk satu kelompok.

"Permodalan kami terima bukan dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk pupuk sesuai kebutuhan di persawahan kami," kata Baharudin.

Foto: Chaidir AT/detikcom

Selama ini, kata Baharudin, persoalan pupuk selalu kendala para petani. Tingginya harga pupuk membuat pertani kadang tidak memiliki modal. Hal itu akan berdampak pada hasil panennya. Kini dengan bantuan pupuk, dari hasil panen lumayan bertambah.

"Dengan adanya program DMBA, kami merasa terbantu dalam melakukan pengelolaan sawah kami," kata Baharudin. (cha/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads