Napak Tilas Kampung Akuarium dan Luar Batang

Napak Tilas Kampung Akuarium dan Luar Batang

Muhammad Abdurrosyid - detikNews
Kamis, 14 Apr 2016 22:07 WIB
Foto: Muhammad Abdurrosyid/detikcom
Jakarta - Bangunan-bangunan di Kampung Akuarium sampai pasar ikan sudah luluh lantah digilas oleh roda-roda buldozer. Tak ada satupun bangunan yang tegak berdiri, kecuali kisah awal sebelum berdirinya kampung tersebut.

Nama Akuarium pada kampung ini bukan sembarang memberi nama. Ternyata asal usul dari kampung inilah yang membuat kampung ini dikenal dengan sebutan kampung Akuarium.

"Dulu yang kami tahu, ini adalah kebun binatang air laut, makanya banyak akuarium. Dan juga tempat penelitian dari LIPI," jelas Mansyur, Ketua Sunda Kelapa Heritage di atas puing-puing Kampung Akuarium, Kamis (14/4/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayang sekali, kebun binatang sekaligus tempat observasi LIPI itu terbengkalai pasca pemindahan kebun binatang yang sekarang dikenal dengan Ragunan. Sehingga, tak ada lagi bekas yang menjelaskan bahwa tanah ini adalah kebun binatang laut dulunya.

"Jakarta dulu memiliki dua kebun binatang, satu kebun binatang darat di Taman Ismail Marzuki, di sini kebun binatang laut. Namun setelah pembangunan kebun binatang Ragunan, semua dipindah ke sana. Di TIM dibuat kampus, di sini ditinggalkan begitu saja." tutur Mansyur.

Dari situ, para nelayan mulai menduduki lahan bekas kebun binatang itu. Hingga kemudian disebut dengan nama kampung akuarium.

Beda daerah, beda pula kisahnya. Kampung Luar Batang, yang saat ini masih berdiri kokoh di sebelah kampung akuarium, memiliki cerita yang tak kalah menarik.

Nama kampung Luar Batang tak dapat dipisahkan dari seorang ulama asal Yaman yang bernama Habib Husein bin Abubakar Alaydrus. Ia bertugas menyebarkan agama Islam di Utara Jakarta, sebelum ia meninggal nama kampung ini adalah kampung Baru. Namun, sepeninggalnya kampung ini lebih tenar dengan sebutan Luar Batang. Kira-kira apa ya penyebabnya?

"Karena kan beliau keluar pada saat keranda diusung ke pemakaman, itu kan mayatnya nggak ada, jenazahnya nggak ada. Istilah tadi itu beliau tidak ada di dalam keranda, bilangnya kan keluar dari kurung batang. Mungkin karena terlalu panjang berubah menjadi Luar Batang." ujar Ketua Sunda Kelapa Heritage ini.

Mansyur berkata itu merupakan salah satu kisah yang tersebar luas di masyarakat. Masih banyak lagi cerita awal mula nama kampung yang dianggap keramat ini. Untuk mengerucutkan apa sebenarnya sejarah yang benar tentang kampung ini, ia masih menyiapkan sebuah buku yang nantinya akan membuka tabir sejarah tentang kampung-kampung di pesisir utara Jakarta ini. (adf/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads