Perkampungan dengan 800 KK ini tenar berjuluk Glintung Go Green. Banyak orang daerah lain di penjuru Pulau Jawa dan Bali datang untuk belajar.
"Kemarin ada tamu dari Pemda Tangerang Selatan, sebelumnya banyak dari Sidoarjo, Bali, dan bahkan dari pemerintah pusat," ungkap Taufik Hidayat, pengurus RW setempat, Rabu (13/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Banyaknya kunjungan tamu membawa berkah bagi RW 23 Glintung. Menurut Taufik, efek domino dirasakan. Ekonomi warga bergerak.
"Namanya orang kunjungan berkeliling kan pasti haus, pingin nyamil dan lain-lain. Warga pun kita tawarkan yang mau berjualan. Pak RW selalu terbuka kepada warga, siapa ingin berkreasi atau membuka lapak usaha," ungkap Taufik.
Diceritakan Taufik, selain terpikat dengan penghijauan Kampung Glintung, pengunjung juga mencari bibit tanaman. Ada juga ingin memesan taman gantung hasil kreasi warga RW 23. "Makanya warga antusias untuk berjualan. Ada perguruan tinggi yang mengajarkan bagaimana mengelola ekonomi. Kelompok tani juga ada di sini, selain koperasi dan bank sampah," papar Taufik.
![]() |
Bagaimana perubahan itu bisa terjadi? Ketua RW 23, Bambang Irianto, menceritakan penghijauan dilakukan di setia rumah. Harus dipaksa. "Jika memerlukan stempel RW syaratnya harus menanam dahulu," kenang Bambang.
Pelan-pelan, warga mulai terbiasa dengan penghijauan. Ada yang pakai kaleng bekas untuk menanam di depan rumahnya. Ada juga yang pakai botol. Penataan lebih serius pun dilakukan. Pengurus RW 23 menggandeng Universitas Brawijaya yang membawa konsep biopori dan sumur injeksi.
Sudah ada 6 sumur injeksi dan ratusan biopori serta sumur resapan di Kampung Glintung saat ini. Alhasil, wilayah dulunya langganan banjir, kini sudah terbebas dari bencana musiman itu.
Selain itu, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan Balai Penelitian Benih Jawa Timur turut menurunkan penyuluhnya. "Jadi dukungan eksternal mempercepat mimpi kami agar kampung bersih, sehat, dan nyaman," cerita Bambang.
Biopori di RW 23 atau Kampung Glintung dibuat dengan melubangi tanah dan menancapkan pipa paralon sedalam 1 meter untuk menyimpan air. Pipa bisa dibuka-tutup sehingga memungkinkan sampah organik seperti daun, masuk ke lubang resapan. Dengan total hampir 503 lubang biopori, setiap akhir kemarau warga mendapatkan kompos 5 ton. Kompos diolah lalu dijual Rp 2.000 per kg.
Sebagian kompos digunakan sendiri oleh warga. Dari awalnya hanya sebatang tanaman di depan rumah, kini aneka bunga, buah, dan sayur mudah dijumpai di setiap rumah warga. Bahkan, tembok gang saja kini dipasang tanaman.
![]() |
Program penghijauan merupakan fokus Wali Kota Malang Moch Anton. Dia meluncurkan Gerakan Menabung Air (GEMAR) 2014 lalu. Saat itu, harapannya, kawasan yang dulu banjir seperti Glintung, bisa berubah lebih baik. Kini semua terealisasi.
Menjelang Pilgub DKI tahun 2017, banyak pihak mendorong kepala daerah yang berhasil membangun daerah untuk maju. Bahkan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berharap kepala daerah yang sukses ikut meramaikan Pilgub DKI supaya warga Ibu Kota punya banyak pilihan calon kepala daerah.
Ada beberapa kepala daerah yang dinilai berhasil memimpin daerahnya. Selain Moch Anton, ada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo, Bupati Bojonegoro Suyoto, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, dan Wali Kota Pangkalpinang M Irwansyah. Siapakah di antara mereka akan jadi cagub DKI terbaik?
(fat/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini