Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan, polisi adalah kelompok dengan risiko tinggi untuk mengalami gangguan mental. Seharusnya, tanda-tanda schizophrenia bisa terdeteksi oleh atasan dan lembaga.
"Jadi, ini bukan masalah si personel semata. Apalagi ketika yang menjadi korban adalah sipil, maka semakin tegas bahwa pertanggungjawaban institusional juga harus ditunjukkan," ujar Reza lewat keterangan tertulis, Jumat (26/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti sebelumnya menjelaskan, dalam proses rekrutmen anggota memang ada tes kejiwaan. Namun itu tidak bisa mencakup keseluruhan aspek. Khusus untuk Petrus, masih perlu pendalaman.
"Selama ini dilakukan tes kejiwaan, dia (Petrus) bukan sakit jiwa, dia kesurupan," kata Badrodin di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel, Jumat (26/2/2016).
Saat ditanya apakah ada upaya deteksi yang dilakukan seperti atasan mengawasi bawahan, Kapolri menegaskan tak semua aspek bisa dideteksi.
"Kalau nggak ada tanda-tandanya, bagaimana bisa mengetahui. Karena dia itu mungkin saat tertentu saja, saat ada masalah, bisa saja terjadi seperti itu. Jadi tidak selamanya bisa dideteksi perilaku seperti itu, tapi mungkin keluarganya itu tahu, paham, tapi kan kedinasan belum tentu bisa mengetahui seperti itu," urainya.
Menurut Kapolda Kalbar Brigjen Arief Sulistyanto, pemeriksaan terhadap Petrus baru dilakukan pekan depan. "Pekan depan baru dilakukan pemeriksaan kejiwaan pada pelaku," imbuhnya. (mad/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini